Bitcoin telah berkembang pesat sejak pertama kali diperkenalkan lebih dari satu dekade lalu. Dari sekadar eksperimen aset digital, kini Bitcoin menjadi aset bernilai triliunan dolar yang banyak dibicarakan di berbagai belahan dunia.
Namun, meskipun popularitasnya semakin meningkat, laporan terbaru dari River, sebuah perusahaan jasa keuangan Bitcoin, menunjukkan bahwa hanya 4% dari populasi dunia yang memiliki Bitcoin pada 2025.
Apa yang menyebabkan angka ini masih tergolong kecil? Mengapa adopsi Bitcoin belum meluas ke masyarakat umum? Artikel ini akan mengulas faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran Bitcoin, tantangan yang menghambat adopsinya, serta bagaimana masa depan Bitcoin ke depan.
Perjalanan Bitcoin: Dari Awal Hingga Sekarang
Bitcoin pertama kali diperkenalkan oleh Satoshi Nakamoto pada tahun 2008 sebagai solusi terhadap ketidakstabilan sistem keuangan tradisional. Sebagai mata uang digital yang terdesentralisasi, Bitcoin menawarkan sistem pembayaran yang transparan dan tidak bergantung pada perantara seperti bank.
Pada tahun 2009, transaksi Bitcoin pertama terjadi ketika Satoshi mengirimkan 10 BTC kepada Hal Finney, seorang pengembang kriptografi. Dari sana, Bitcoin mulai berkembang dan menarik perhatian berbagai kalangan.
Lonjakan harga yang spektakuler menjadi bagian dari sejarah Bitcoin. Pada 2013 dan 2017, harga Bitcoin naik, menciptakan banyak investor sukses. Namun, volatilitas yang tinggi juga menjadi tantangan besar karena harga Bitcoin bisa turun drastis dalam waktu singkat.
Persebaran Kepemilikan Bitcoin di Dunia
Tingkat kepemilikan BTC sangat bervariasi di setiap wilayah. Laporan terbaru mengungkap bahwa Amerika Utara memiliki tingkat adopsi tertinggi, dengan sekitar 14% individu di AS memiliki Bitcoin.
Ini tidak mengherankan, mengingat regulasi yang lebih mendukung dan kesadaran masyarakat terhadap aset digital di negara tersebut.
Sebaliknya, Afrika menjadi wilayah dengan tingkat kepemilikan Bitcoin terendah, dengan hanya 1,6% dari populasi yang memiliki BTC. Negara-negara berkembang umumnya menghadapi lebih banyak hambatan dalam mengadopsi Bitcoin dibandingkan negara maju, terutama karena kendala infrastruktur dan regulasi yang belum stabil.
Secara keseluruhan, negara-negara maju memiliki tingkat adopsi yang lebih tinggi dibandingkan wilayah berkembang, di mana akses terhadap layanan keuangan digital masih menjadi tantangan besar.
Potensi Pertumbuhan Bitcoin dan Tantangannya
Menurut River, Bitcoin baru mencapai sekitar 3% dari potensi adopsi maksimumnya, yang mencakup individu, institusi, dan pemerintah. Ini berarti Bitcoin masih berada di tahap awal perjalanan menuju adopsi global.