Beruntung saya bisa memandu acara webinar dengan topik seputar sociopreneur, dan bintang tamunya adalah Ainun Chomsun, founder Akademi Berbagi.
Dalam “Sociopreneur Discussion Series” itu Ainun mengungkapkan bahwa tidak mudah menjaga konsistensi, dan Akademi Berbagi sendiri sudah berusia 11 tahun. Setidaknya ada dua syarat untuk bisa bertahan dan berperan, yaitu komitmen dan konsistensi. Tanpa kedua prinsip tersebut, mustahil gerakan nirlaba akan berkelanjutan dan memberikan dampak luas bagi masyarakat.
Perjuangan ibu satu putri ini luar biasa. Ia memulai semuanya dari nol. Pernah bekerja di salah satu NGO dan sempat berada di zona nyaman. Tapi semuanya ia tinggalkan, ia memilih freelancer digital communication, supaya bisa mengatur waktunya lebih fleksibel, termasuk berkesempatan untuk mempelajari hal-hal baru sesuai dengan minatnya.
Dari sinilah sebenarnya Akademi Berbagi bermula. Dari kelas kecil yang digagas, mempertemukan pengajar (dari profesional bidang tertentu) dan yang mau belajar, secara informal.
Akademi Berbagi lahir dari kegelisahan itu. Dunia media sosial membuat kita terhubung dan bisa berkomunikasi dengan banyak orang hebat. Pada dasarnya, Akademi Berbagi dibuat sebagai media yang menjembatani para praktisi dan puluhan orang yang ingin langsung belajar.
Ide cemerlang dan social movement ini telah menuai berbagai penghargaan, baik ke lembaga maupun ke Ainun sebagai founder-nya. Sebutlah The Most Inspiring Social Movement – Klik Hati Award dan juga The New Alternative – Editor’s Choice dari Majalah Rolling Stone Indonesia serta masih banyak lagi lainnya.
“Tapi bukan penghargaan yang saya cari. Yang lebih penting adalah sejauh mana dampaknya kehadiran Akademi Berbagi bagi banyak orang,” katanya.
Semangat berbagi menjadi landasan Akademi Berbagi semakin berkembang dan hingga kini terus dibuka kelas-kelas rutinnya. Para peserta atau disebut murid yang kini sudah mencapai ribuan, yang tersebar di banyak lebih dari 35 kota, sebutlah Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Denpasar, Pekanbaru, Palembang, Medan, Lhokseumawe, Makassar hingga Gorontalo.
Ainun Chomsun mengaku bahwa Akademi Berbagi bukan satu-satunya akademi yang bisa menggalang para relawan untuk berbagi ilmu menggarap bidang pendidikan.
Ia juga sangat bersuka cita karena anak-anak muda sekarang banyak yang berminat terjun ke pemberdayaan masyarakat sebagai sociopreneur. “Pada dasarnya bangsa ini, dibangun dengan semangat gotong royong dan spirit saling membantu,” tuturnya.
Hanya saja, Ainun memberi catatan bahwa mengelola relawan sebagai motor gerakan agar mampu berkembang menjadi agen perubahan bukan perkara mudah. Apalagi, para relawan itu tidak mendapatkan imbalan dari aktivitas mereka.
Memang, menjalankan sebuah gerakan sosial itu tidak mudah, dan semakin besar gerakan tantangan pun semakin berat. “Tetapi ketika semua dilakukan dengan senang hati maka tidak ada yang susah di dunia ini,” katanya.
Sebagaimana yang disebut dalam manifestonya, Akademi Berbagi adalah jalan untuk menemukan kebahagiaan, karena menolong sesama bukan hanya membahagiakan orang lain tetapi juga diri sendiri. Akademi Berbagi, berbagi bikin happy.
Juga, yang tidak kalah pentingnya, untuk mempertahankan komitmen dan konsistensi para relawan, kuncinya adalah bagaimana agar mereka merasa mendapatkan manfaat dari kerelawanan mereka.