Dr. Fadjroel Rachman Membagikan Cerita di Clubhouse: Puasa 17 Jam Sehari dan Menikmati Makanan Khas Kazakhstan di Hari Raya Idul Fitri!
Clubhouse adalah media sosial berbasis audio, yang selalu berusaha menjadi wadah bagi komunitasnya untuk berbagi informasi, terhubung dengan banyak orang dari seluruh dunia, serta melakukan aktivitas sosial bersama. Selain itu, platform ini juga memberikan kebebasan kepada penggunanya untuk mendiskusikan banyak hal, salah satunya membahas pengalaman selama bulan Ramadan.
Setelah menunaikan ibadah puasa selama bulan Ramadan, seluruh umat Islam di dunia dengan gembira merayakan Idul Fitri. Seperti yang kita ketahui, Idul Fitri adalah momen dimana seluruh keluarga, sahabat, dan rekan kerja dapat berkumpul, berbagi kebahagiaan bersama, dan saling memaafkan kesalahan masa lalu.
Tahun ini, Duta Besar Indonesia untuk Kazakhstan, Dr. Fadjroel Rachman, berbagi pengalaman menjalankan ibadah puasa dan merayakan Idul Fitri bersama istrinya di Nur-Sultan, Ibu Kota Kazakhstan, melalui aplikasi Clubhouse. Di room ini, ia sekaligus menjawab pertanyaan dari para pendengar yang ingin mengetahui lebih banyak tentang Idul Fitri di Kazakhstan. Anda dapat mendengarkan rekaman percakapannya di Replay di sini.
Dr Fadjroel bercerita bahwa masyarakat Kazakhstan bisa berpuasa hingga 17 jam sehari, atau bahkan hingga 19,5 jam jika Ramadan terjadi di musim panas, yang di mana ini lebih lama dari periode puasa 12 jam di Indonesia.
Selain itu, Dr. Fadjroel juga hanya menggelar acara Idul Fitri secara virtual bersama keluarga, teman dan kolega, serta warga negara Indonesia yang merayakan Idul Fitri di Kazakhstan. Namun, jika ada orang Indonesia yang ingin berkunjung ke kantornya untuk bersilaturahmi, ia mengatakan tetap menerima kunjungan.
Fakta lain, meskipun 70 persen penduduk di Kazakhstan adalah Muslim, ada pemisahan yang jelas antara urusan agama dan urusan negara, sehingga pemerintah tidak mengeluarkan pengumuman resmi untuk Ramadan dan tidak ada hari libur resmi untuk Idul Fitri, serta Takbir tidak dilakukan seperti yang sering terdengar di jalanan di Indonesia, namun hanya di masjid-masjid tanpa pengeras suara.