Kopi telah menjadi minuman yang sangat populer. Popularitas kopi didukung dengan berbagai variasi penyajian.
Variasi ini sangat memungkinkan karena kopi bisa dikonsumsi dalam bentuk minuman panas maupun dingin. Selain itu, kopi bisa dicampurkan dengan berbagai bahan lain. Misalnya dengan susu sapi, susu kedelai, gula, rempah-rempah, krimer, dan cokelat. Cara penyajian kopi dapat dilakukan dengan banyak cara. Cara standar tradisional dengan menggunakan cangkir dan pinggannya. Cara tradisional kreatif dilakukan dengan membalik cangkir di atas pinggan.
Namun bagaimana sejarahnya hingga kopi menjadi minuman yang sedemikian populer di Indonesia?
Sejak 1616, Indonesia telah mengenal seduhan kopi dengan masuknya pedagang dari negara-negara lain. Pada saat itu varian kopi masih terbatas pada jenis arabika saja. Saat penjajah Belanda masuk ke Indonesia melalui Batavia, salah satu barang yang dibawa masuk pula adalah kopi. Kopi mulai ditanam di wilayah Batavia pada kisaran tahun 1696.
Namun saat itu terjadi bencana gempa dan banjir, sehingga seluruh tanaman mati. Agar kebutuhan kopi terpenuhi, didatangkan tanaman baru dan disebar pula ke daerah lain. Pada tahun 1876, tanaman kopi terserang penyakit karat daun. Namun tanaman kopi arabika tetap dikembangkan hingga sekarang, walau persebarannya terbatas di daerah Aceh Tengah, Jember, Malang, Bali, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan saja.
Jenis kopi yang juga ditumbuhkan di Indonesia adalah jenis Liberika. Tanaman ini berasal dari wilayah Monrevia dan Liberia dan masuk ke Indonesia pada 1875. Maksud didatangkannya jenis kopi ini adalah untuk menggantikan kopi Arabika yang rusak. Selain itu, rasa kopi liberika terlalu asam dan lebih pahit.
Varian tanaman kopi berikutnya adalah robusta yang masuk ke Indonesia pada 1900. Tanaman kopi robusta lebih tahan hama dan perawatannya lebih mudah. Kelebihan lainnya adalah tingkat produksi yang lebih tinggi dan rasanya lebih bersahabat bagi lidah orang Indonesia. Saat ini, kopi robusta ditanam di Aceh, Tapanuli, Lampung, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, dan Sumatera Selatan.
Pilih arabika, robusta, liberika, ekselsa, atau luwak?
Jenis keempat yang dapat tumbuh di Indonesia adalah jenis kopi ekselsa. Jenis kopi ini cita rasanya lebih asam dan lebih pahit dari jenis lainnya. Oleh karena itu popularitasnya kurang. Namun demikian, sebenarnya harga jenis kopi ini lebih tinggi dari yang lain.
Selain kopi di atas, dari Indonesia juga dikenal kopi dengan cita rasa terbaik, yaitu kopi luwak. Kopi luwak adalah kopi arabika yang telah dimakan oleh hewan bernama luwak. Luwak secara alami memilih buah kopi yang terbaik untuk dimakan.
Namun organ pencernaan luwak hanya dapat mencerna bagian luar buah kopi. Biji kopi akan dikeluarkan lagi bersama fesesnya. Oleh petani dan peternak luwak, feses dibersihkan sehingga diperoleh biji kopi yang telah mengalami fermentasi.
Rasa kopi luwak sangat istimewa, sehingga dengan proses panjang dan sulit untuk mendapatkannya, jenis kopi ini menjadi kopi dengan harga tertinggi di dunia.
Cita rasa kopi dipengaruhi juga oleh kondisi tanah dan perawatannya. Kopi robusta yang ditanam di Malang memiliki rasa yang berbeda dengan robusta Bali. Keunikan rasa sebagai efek dari kondisi tanah lokal dapat menjadi komoditas tersendiri. Penikmat kopi akan berusaha menemukan ciri khas dari kopi lokal di setiap daerah.
Pertukaran ini akan dapat memeriahkan dunia kopi, sekaligus dapat mensejahterakan petani dan menjadi salah satu keunggulan lokal daerah asal kopi. (Burhan Abe)