Oleh Eileen Rachman & Emilia Jakob
Ketika melihat produktivitas menurun, organisasi kerap mencari seminar-seminar motivasi yang penuh semangat menggebu-gebu untuk dapat memberikan inspirasi kepada para pesertanya meningkatkan kembali motivasi mereka untuk berproduksi.
Usai dari mendengarkan ceramah, para penonton biasanya pulang merasa lebih bersemangat selama beberapa hari dan kemungkinan juga mengingat beberapa quotes yang disampaikan ataupun anekdot-anekdot lucu yang diceritakan si pembicara. Namun, apakah performa kerja mereka berubah setelah sesi yang bergelora tersebut hingga menimbulkan dampak yang signifikan bagi organisasi?
Sejauh mana kita bisa berharap terjadi peningkatan motivasi pada karyawan kita setelah mereka mendapatkan nasihat-nasihat? Apa yang sebenarnya bisa membuat seseorang bangkit dari tempat tidurnya dan bersemangat pergi bekerja, bahkan tetap menggebu-gebu meskipun harus bergadang dalam menyelesaikan proyek?
Motivasi yang naik turun bisa menyebabkan disengagement, kelelahan, sampai tingkat stres yang meningkat. Akibatnya, kita dengan mudah terjerat pada pusaran negatif yang beredar, sampai kehilangan sense of purpose. Ini sangat berbahaya. Oleh karena itu, kita perlu berlatih bagaimana mempertahankan motivasi diri agar dapat memperbaharui sense of purpose kita dan menemukan versi sukses yang berbeda.
Banyak individu yang tidak terbiasa menetapkan sasaran. Sebaliknya, ada individu yang selalu menetapkan sasaran untuk setiap hal kecil sekalipun. Usia berapa ia akan meraih gelar magisternya ataupun perusahaan seperti apa yang akan menjadi tempatnya bekerja nanti. Sasaran tersebut akan merangsang individu untuk memfokuskan upayanya mencari keterangan yang lebih terperinci agar ia sukses mencapai sasarannya. Kuncinya adalah penetapan sasaran dengan cermat.
Untuk itu, sasaran haruslah SMART (specific, measurable, attainable, relevant, dan timebound) sehingga jelas baginya apa yang akan dia capai, tindakan apa yang akan diambil, bagaimana dan kapan keberhasilannya bisa diukur.
Semakin cocok sasaran tersebut dengan nilai pribadinya, semakin besar energinya untuk berusaha mencapainya. Kejelasan tersebut membantu kita mendeteksi seberapa besar peluang untuk mencapai sasaran tersebut dan mungkin juga memperbaharui sasaran bila perlu tanpa harus kehilangan motivasi.
Sasaran harus realistis sesuai dengan kemampuan kita karena kegagalan menimbulkan kekecewaan. Akan tetapi, sasaran yang terlalu mudah pun kurang mendongkrak rasa bangga ketika tercapai. Sampai titik tertentu, tidak ada salahnya juga kita me-reward diri sendiri.
Jaga state of mind
Dalam keadaan terhambat, bagaimana kita bersikap akan menjadi kunci. Kita perlu meyakini kekuatan resilience kita, bagaimana bangkit kembali setelah jatuh. Rasa tidak percaya pada kemampuan diri dan kebiasaan melakukan negative self talk akan melemahkan energi dan mental kita.
Faktor-faktor eksternal, seperti kepemimpinan yang buruk, beban kerja yang tidak realistis, minimnya penghargaan, sampai pada politik kantor serta konflik yang tidak terselesaikan juga dapat menumbuhkan rasa tidak nyaman dan membuat kita patah semangat.