Oleh Eileen Rachman & Emilia Jakob
Ketika suasana tim terus dipenuhi dengan atmosfer negatif, saling sikut dan sulit bekerja sama, instruksi dijalankan dengan setengah hati oleh para bawahan, seorang pimpinan selayaknya melakukan refleksi dan bertanya-tanya apa penyebab situasi seperti ini bisa terbentuk.
Namun, bukan pertanyaan itu yang paling penting direnungkan, melainkan bagaimana reaksi kita sebagai pemimpin terhadap pertanyaan tersebut. Apakah kita cenderung menyalahkan pihak lain, seperti potensi anak buah yang kurang memenuhi syarat? Atau, situasi eksternal yang memang tidak bersahabat dan berada di luar kontrol kita?
Berapa banyak dari kita yang berani untuk melihat diri kita sendiri dan dengan jujur menelaah apa yang kurang ataupun tidak tepat dari sikap kita, keputusan kita, ataupun reaksi kita sehari-hari, baik kepada orang lain maupun kepada organisasi. Menduduki posisi puncak yang selalu menjadi panutan banyak orang dapat membuat pandangan kita terhadap diri sendiri menjadi kurang jernih.
Padahal awareness mengenai kekuatan dan kelemahan diri kita adalah satu-satunya jalan menuju perbaikan. Jadi, apakah kita sudah berani membersihkan kacamata kita dan jujur kepada diri sendiri?
Apakah kejujuran itu?
Kata kejujuran yang dipakai dalam pembicaraan sehari-hari sering disandingkan dengan integritas dan autentisitas. Kejujuran berarti bebas dari tipu muslihat dan ketidakbenaran. Autentisitas adalah keaslian, keselarasan antara keadaan internal dan eksternal kita.
Kita menjadi autentik ketika aksi kita tetap kongruen dengan apa yang kita percayai dan inginkan sekalipun ditekan dari luar. Sehingga autentik tidak sekedar mengetahui diri kita sendiri, tetapi berani menjadi diri sendiri, tidak menyembunyikan diri di balik topeng ataupun kepribadian palsu.
KBBI menjelaskan integritas sebagai suatu mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan satu kesatuan yang utuh, sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan serta kejujuran. Jadi, kejujuran, autentisitas, dan integritas semuanya mengarah pada keberanian untuk tetap menunjukkan kebenaran dari keseluruhan sikap maupun perbuatan kita.
Dalam kondisi yang baik-baik saja, kita dengan mudah dapat bersikap autentik, jujur apa adanya. Namun dalam keadaan terpojok, mekanisme pertahanan diri seringkali mengambil alih dan membuat kita sulit menjadi jujur pada diri sendiri, apalagi pada pihak luar.
Ada 4 hal yang perlu kita latih agar lebih jeli dalam menajamkan kejujuran pada diri sendiri.
Autentisitas
Autentisitas berarti kesamaan antara siapa kita bagi diri sendiri dengan siapa yang kita perlihatkan kepada dunia.