Traveling tidak selalu harus jauh. Cirebon adalah tujuan yang tepat kalau berangkat dari Jakarta. Jaraknya 215 km, bisa ditempuh dengan naik kereta Tegal Bahari, tak lebih dari 3,5 jam sampai. Well, kota di pesisir utara Pulau Jawa itu menjadi tujuan yang menarik dalam paket one day travel.
Itu sebabnya, ajakan Mia Purwandari untuk mencoba spa di Cirebon – tepatnya The Andaru Anti Aging Clinic & Spa, tidak kami sia-siakan. Saya dan tiga travel blogger lainnya (Leonard Anthony, Eka Situmorang, dan Deecylauw) segera menjadwalkan waktunya. Di sana kami juga akan bertemu Ita Sembiring dan seorang rekannya videografer, yang akan mengabadikan kegiatan ini.
Cirebon – berasal dari kata Sarumban, menurut sejarahnya adalah sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa. Dalam perkembangannya dukuh tersebut berkembang menjadi sebuah desa diberi nama Caruban (artinya “bersatu padu”), karena sudah menjadi melting pot, tempat pertemuan berbabagai bangsa dan budaya – Sunda, Jawa, Tionghoa, Arab, dan lain-lain. Pelafalan kata Caruban berubah lagi menjadi Carbon, Cerbon, kemudian Cirebon.
Apa sih yang bisa dieksplorsi di Cirebon?
Ketika mendengar nama Cirebon, ingatan langsung ke budayanya yang kental. Di kota ini ada Keraton Kasepuhan dan Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Saya juga ingat Mimi Rasinah (almarhum), maestro tari Topeng Cirebon yang di masa tuanya masih setia dengan profesinya. Entah harus kemana kalau ingin melihat pertunjukan ini Cirebon sekarang.
Selain itu Cirebon juga terkenal ada kulinernya yang khas, sebutlah nasi jamblang dan empal gentong. Yang tidak kalah menarik adalah pusat oleh-oleh Batik Trusmi.
Banyak memang. Tapi karena ada keterbatasan waktu, wisata budaya kami hapus dulu dari agenda – yang kelak kegiatan tur khusus budaya bisa diatur dalam paket tersendiri. So, agenda yang tercatat kali ini adalah wisata kuliner, belanja batik, dan diakhiri dengan spa! Interesting, right?
So, agenda yang tercatat kali ini adalah wisata kuliner, belanja batik, dan diakhiri dengan spa!
Perjalanan dengan kereta dari Stasiun Gambir (Jakarta) ke Cirebon di hari Sabtu layaknya berakhir pekan bersama keluarga. Jam 09.00 berangkat, jam 12.15 tiba. Dengan kondisi kereta yang nyaman ber-AC, jarak tempuh lebih dari 3 jam tidak terasa – kendati perut mulai keroncongan “ketika keretaku tiba” (Sepasang Mata Bola, kali) di Stasiun Cirebon, karena pas jam makan siang.
Cirebon termasuk kota yang rapi dan bersih. Tapi jangan senang dulu, kota pesisir di Jawa Barat itu, panasnya minta ampun. Apalagi pada siang bolong, saat posisi Matahari tepat di ubun-ubun.
Target pertama kami adalah nasi jamblang. Tadinya pilihan kami adalah Nasi Jamblang Ibu Nur yang bisa dibilang paling populer di Cirebon dan di kalangan penggemar kuliner tanah air, tentunya. Sayangnya, info dari Ita Sembiring, tempat tersebut padat merayap.
Pilihan alternatifnya adalah Nasi Jamblang Pelabuhan, yang lebih dekat dari stasiun, dan katanya lebih otentik. Gagal dapat akar, rotan pun jadi. Well, rasa Nasi Jamblang Pelabuhan ini memang endes – apalagi di saat lapar menyerang. Selain nasi jamblang, di meja tersedia pula sederet lauk, seperti perkedel, empal, sate telur puyuh, dan lain-lain, yang siap santap. Lumayan puas, hanya sayangnya makanan yang tersaji di warung tersebut, termasuk atmosfer yang mendukungnya, kurang instagramable. Leonard yang biasa gatal untuk memotret berbagai objek, kali ini terlihat ogah-ogahan. “Gagal dapat konten, deh,” tambah Eka.
Surga batik?
Trust me, objek pertama kelar, dan kami menuju Trusmi. Yup, ini adalah nama sebuah desa yang terkenal sebagai wisata batik. Mungkin mirip Laweyan di Solo yang juga identik dengan Batik.
Sepuluh tahun yang lalu nama Trusmi kurang dikenal, katanya hanya penggemar batik saja yang tahu. Tapi lima tahun belakangan, seiring dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, serta berkat makin gencarnya informasi, para wisatawan (yang mayoritas domestik) rame-rame menyerbu wilayah ini. Boleh dikatakan, batik produksi Trusmi makin eksis sejalan dengan makin eksisnya Cirebon sebagai salah satu primadona wisata di Jawa Barat, setelah Bandung.
Batik Trusmi kebanyakan bermotif mega mendung, alias motif awan yang merupakan akulturasi budaya China dan Islam sejak era Wali Songo.
Asal tahu, batik Trusmi punya ciri khas tersendiri, kebanyakan bermotif mega mendung, alias motif awan yang merupakan akulturasi budaya China dan Islam sejak era Wali Songo. Motif ini terus dijaga sampai sekarang, namun kemudian lahir aneka motif yang lain, juga warna, serta pilihan bahan yang makin beragam. Memang, dari segi desain dan filosofi, batik Trusmi konsisten dengan motif, tapi sangat terbuka dengan modifikasi.
Ya, perjalanan Cirebon kali ini berakhir di spa. Setelah lelah mengeksplorasi kota, kini saatnya memanjakan diri di The Andaru Clinic & Spa Cirebon Ruko Gold Sunset no 17, yang berlokasi di Kawasan Bisnis CSB (CSB Mall), Jalan Dr Cipto Mangunkusumo.
Tidak hanya Bali sebetulnya, yang saat ini menjadi “surga spa” di Indonesia, Cirebon pun layak mempunyai spa – apalagi kota ini dikenal sebagai kota yang penuh dengan tradisi budaya leluhur, nilai spiritual, toleransi, dan kecantikan pribadi. “Tubuh adalah rumah bagi jiwa, maka sangat penting bagi kita untuk selalu merawat kesehatan dan kecantikan diri,” kata Anis Khairunnisa, pemilik The Andaru Clinic & Spa Cirebon.
Spa yang dibuka 21 Mei 2016 ini mengkombinasikan teknologi modern dengan tradisi leluhur, dan menciptakan beragam paket terapi perawatan diri anti aging yang efektif – disupervisi oleh dokter-dokter aestetika yang telah bersertifikat.
Metode holistik juga diterapkan di sini, karena terbukti mampu menjaga tubuh kita menjadi tetap bugar serta awet muda. Sedangkan jenis perawatan yang ditawarkan Andaru ini meliputi variasi sekitar 30 jenis spa dari berbagai daerah yang cocok untuk wanita dan pria, mulai dari bayi, anak masa puber, persiapan pengantin, masa perkawinan, masa sebelum dan sesudah melahirkan hingga masa menopause.
Paket perawatan apa ya yang dipilih para blogger? Cek saja pengalaman Leo Anthony di SINI. Atau pengalaman pengalaman Eka Situmorang.
Kalau saya sih pilih paket yang paling basic, yakni pijat lengkap seluruh tubuh untuk mengendurkan otot-otot yang pegal – yang tidak bisa dilakukan semuanya di Cirebon, tapi berlanjut di salah satu gerainya di Jl. Kemang Raya No.18A, Jakarta.
Tapi, di mana pun spa dilakukan, fasilitas Andaru Spa, selalu yang terbaik. Ruangan yang cozy, aromaterapinya, serta keseluruhan atmosfernya, membuat fisik dan psikis menjadi rileks. Selengkapnya kunjungi situsnya di theandaruspa.com.
Spa ini mengkombinasikan teknologi modern dengan tradisi leluhur, dan menciptakan beragam paket terapi perawatan diri anti aging yang efektif.
Kereta malam. Itu bukan judul lagu dangdut yang biasa dinyanyikan Soimah. Senja turun di kota Cirebon, itu pertanda bahwa kami harus segera stasiun, mengejar kereta Tegal Bahari yang berangkat malam. Tepatnya kereta terakhir, yang berangkat jam 19.00, yang akan membawa kami pulang ke Jakarta.
Sebelum pergi ke stasiun, kami mampir dulu ke warung yang hanya 15 menit perjalanan dari Andaru Spa, untuk nyobain Empal Gentong. Inilah salah satu ikon kuliner Cirebon. Maknyus!
Sehari memang tidak cukup waktu untuk mengeksplorasi Cirebon – itu sebabnya kami berjanji kelak akan kembali lagi. Masih banyak yang perlu dikunjungi, masih banyak makanan yang perlu dicicipi. Eaaaaaa….. (Burhan Abe)