Penggemar K-pop dan aktivis lingkungan dari Kpop4Planet, Lee Dayeon, terpilih dalam daftar BBC 100 Women tahun ini sebagai salah satu dari 28 Climate Pioneer menjelang terlaksananya konferensi iklim COP 28. BBC 100 Women adalah series tahunan dari BBC yang mencantumkan 100 perempuan yang menginspirasi dan berpengaruh di seluruh dunia.
Lee, dari Korea Selatan, terpilih karena karyanya bersama Kpop4Planet – sebuah platform digital dan gerakan global yang mendorong penggemar K-pop untuk aksi iklim.
Sejak diluncurkan pada tahun 2021, Lee dan timnya telah melakukan kampanye yang menarik ribuan penggemar K-pop secara global. Dalam dua tahun terakhir, Kpop4Planet telah mengorganisir 8 kampanye dan didukung oleh lebih dari 57,000 partisipan yang datang lebih dari 150 negara.
Lee terpilih bersama dengan generasi muda lainnya – termasuk Qiyun Woo, Sagarika Sriram, dan Sophia Kianni – atas kontribusi signifikan mereka kepada gerakan iklim.
Salah satu kampanye terobosan Kpop4Planet adalah ‘No K-pop on a Dead Planet’, yang menyerukan keberlanjutan iklim di industri K-pop. Kampanye ini menarik perhatian penggemar terhadap keberlanjutan perusahaan dan mendorong idola K-pop seperti J-hope dari BTS untuk beralih ke album digital.
Dalam kampanye ‘Streaming Heating Melting’, Kpop4Planet mendorong Melon, layanan streaming musik terkenal di Korea Selatan. Penggemar menuntut Melon untuk mengumumkan rencana penggunaan energi terbarukan sebagai sumber utama fasilitasnya, terutama untuk pusat data yang memakan banyak energi.
Di luar industri musik, Kpop4Planet menantang raksasa otomotif Korea Selatan, Hyundai, untuk mundur dari MOU pembelian aluminium ‘ramah lingkungan’ dengan perusahaan tambang di Indonesia. Aluminium dari smelter batu bara Adaro tersebut dikhawatirkan akan mempengaruhi popularitas Hyundai untuk mobil listrik ramah lingkungan – yang dikenal atas kolaborasinya bersama BTS – sebagai ‘greenwashing’.
Melalui kampanye ‘Hyundai, Drop Coal’, Kpop4Planet bersama BTS ARMY Indonesia (BTS AHC) menyerukan Hyundai untuk menjalankan komitmen iklimnya mencapai netralitas karbon pada 2045 dengan mundur dari pembelian aluminium yang akan diproduksi oleh smelter yang ditenagai PLTU batu bara baru, dan hanya menggunakan aluminium yang diproduksi oleh energi terbarukan seperti energi matahari dan angin.