Di lain pihak, antusiasme menyasar ranah yang lebih luas dan tidak bergantung pada tugas tertentu. Antusiasme tumbuh dari pemahaman tentang “arti” suatu pekerjaan, mengapa hal itu penting, serta apa dampak berarti yang akan dihasilkannya. Orang menjadi antusias karena memahami pentingnya hal tersebut dan terobsesi untuk menyelesaikannya.
Penelitian ahli syaraf Huberman menunjukkan bahwa otak memiliki kecenderungan untuk mengurangi beban mentalnya. Sebelum suatu kebiasaan terbentuk, otak senantiasa memproses konflik maju-mundur untuk melakukan suatu tindakan, yang memberikan beban mental pada otak. Namun, bila tindakan itu sudah menjadi kebiasaan, mental kita sudah tidak lagi terbebani konflik tersebut.
Seseorang yang termotivasi untuk menurunkan berat badan karena akan menikah harus berjuang memerangi rasa malas berolahraga dan melakukan diet ketat. Tidak jarang ia melakukan olahraga ekstra guna mencapai tujuannya. Namun, setelah melewati hari pernikahan, kegiatan olahraganya mulai mengendur dan berat badannya perlahan-lahan kembali naik.
Sementara itu, mereka yang memahami bahwa olahraga bermanfaat untuk keseimbangan metabolismenya dan bisa memperkuat struktur tulangnya hingga tua nanti akan membangun kebiasaan melakukan berbagai jenis olahraga untuk mendapatkan efek jangka panjang.
Olahraga tidak lagi dipandang sebagai beban yang harus dilakukan, tapi menjadi suatu kebutuhan sehingga ia melakukannya dengan antusias tanpa beban mental, bahkan mungkin merasa sedih ketika tidak dapat berolahraga. Enthusiasm leads to discipline, habits and success.
Membangun tenaga kerja antusias
Membangun antusiasme, meskipun bukan hal yang mudah, akan memberikan dampak yang besar bagi kinerja organisasi sehingga patut diperjuangkan. Ada beberapa hal dapat dilakukan untuk menumbuhkan antusiasme dalam diri individu.
Pertama, individu perlu memahami dengan jelas pentingnya peran mereka dalam keberlangsungan organisasi. Seorang kurir yang memahami pentingnya invoice yang dititipkan kepadanya akan memastikan bahwa invoice tersebut diterima oleh tangan yang tepat, tidak sekadar mengantarkan pada alamat yang dituju saja.
Ia bahkan bisa mengambil inisiatif tentang apa yang harus dilakukan bila menghadapi hambatan atau kesulitan. Ia bisa membayangkan hasil yang akan dicapai organisasi dengan kinerja mereka yang luar biasa.
Kedua, individu perlu yakin bahwa mereka memiliki dukungan yang cukup. Tidak hanya perangkat laptop dan perlengkapan kerja lainnya, tetapi juga dukungan informasi, data, hingga dukungan mental ketika menghadapi kesulitan.
Perasaan didukung dan diperhatikan ini akan membuat individu lebih terbuka ketika menghadapi kesulitan dan membuat lebih bersemangat menghabiskan waktu di tempat kerja.