Alternatif lain adalah membudayakan kekuatan identitas pada purpose-based identity. Identitas ini didapatkan dari niat di dalam, yang umumnya memiliki nilai intrinsik bagi kita sekaligus lebih besar dari kita.
Purpose menjadi filter dalam pengambilan keputusan, menentukan prioritas, dan membuat pilihan. Kita bukan mempertanyakan “apa pendapat orang mengenai pekerjaan saya”, melainkan apakah saya bertindak sesuai dengan purpose (niat) saya?
Seorang salesman yang berlandaskan purpose based identity tidak berfokus pada pencapaian target penjualan, tetapi berupaya memastikan bahwa solusi yang diberikan dapat menyelesaikan masalah kliennya dan membuat hidup mereka lebih baik.
Dengan identitas ini, alih-alih kelelahan karena mengejar target, ia justru terus dipenuhi energi positif yang mendorongnya untuk terus berkontribusi.
Sebagai timbal baliknya, klien pun merasa senang karena mendapatkan produk dan solusi yang benar-benar bermanfaat dan dengan senang hati merekomendasikan produk tersebut pada orang lain.
For people with a purpose-based identity, it’s not other people’s praise that drives them, it’s the meaning of what they’re doing and the impact they can make. Those are two very different types of fuel: One is sustainable, and the other will burn you out.
EXPERD, HR Consultant/Konsultan SDM
Diterbitkan di Harian Kompas Karier 13 April 2024