Bentuk keberanian kedua mencakup pengambilan risiko untuk melakukan delegasi dengan mempercayai orang lain. Mempercayai berarti mengambil risiko menanggung kesalahan yang dilakukan orang lain.
Delegasi yang efektif berarti sedikit demi sedikit melepaskan sebagian kendali terhadap hasil dengan mengandalkan keterampilan dan keahlian orang lain. Ini adalah cara membangun lingkungan kolaboratif yang merupakan kunci keberhasilan organisasi.
Keberanian yang ketiga adalah dalam hal pengambilan keputusan. Dalam masa yang serba cepat, ambigu, dan berubah-ubah, kita tidak bisa menunggu hingga semua menjadi jelas sebelum mengambil keputusan. Kita membutuhkan mereka yang memiliki inisiatif dan memiliki stamina mental menghadapi tekanan.
Selain itu, pemimpin perlu mengalahkan dirinya sendiri dengan keluar dari rasa nyaman atas kondisi yang sudah dicapainya saat ini dan terus mencari target yang lebih besar untuk mendorong kemajuan tim.
Pemimpin harus berani melihat masa depan dan ingat bahwa dirinyalah yang menentukan arah ke masa depan. “Top-performing teams are those that dare to move outside the comfort of what they know, and push the limits.”
Terakhir, dalam perannya di organisasi, pemimpin juga perlu memiliki keberanian untuk menegakkan aturan, standar kualitas yang sudah ditetapkan. Pemimpin harus berani menjadi tidak popular untuk berlaku secara adil, baik terhadap individu maupun organisasi. Hal ini tidaklah mudah karena sering kali dampak dari penegakkan aturan dan standar ini tidak akan terasa dalam jangka pendek.
Pimpinan yang berani akan menelaah dan memahami kondisi diri, tim, dan organisasi secara obyektif, berani mengatakan kebenaran yang sulit didengar oleh orang lain, terbuka terhadap kritik yang diterima, serta senantiasa menantang diri untuk terus mencari pendekatan baru yang dapat membuat pekerjaan menjadi lebih baik, lebih mudah, dan lebih efisien.
Membangun keberanian sebagai pemimpin
Untuk berlatih mengasah keberanian, ada tiga area perilaku yang dapat kita praktikkan.
Pertama, keterbukaan terhadap perbedaan. Kita perlu meyakini bahwa keberbedaan adalah hal yang positif. Memiliki pendapat yang berbeda, gaya yang berbeda, kebutuhan yang berbeda adalah hal yang normal dan justru akan memperkaya cakrawala kita.
Mulailah dengan belajar meminta pendapat dan ide dari orang lain, termasuk bawahan kita, siapa tahu ada hal yang terlewatkan dari pertimbangan kita. Bagaimana keputusan mereka bila mereka berada di posisi kita. Selain membawa suasana inklusif dan inovatif, kita pun belajar untuk berani berpendapat berbeda di forum terbuka.