Sekitar 64% kaum muda Indonesia merasa bahwa keterampilan di bidang self-leadership atau kepemimpinan diri paling membantu dalam mendapatkan pekerjaan. Keterampilan dalam bidang ini di antaranya manajemen waktu, kewirausahaan, inisiatif, sifat dapat dipercaya, dan kemampuan bekerja di bawah tekanan. Pada posisi kedua, keterampilan interpersonal seperti kepemimpinan atau kerja tim dianggap mendukung dalam mendapatkan pekerjaan oleh 42% responden.
Sementara itu, pengusaha dari sektor swasta yang terlibat dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa perpaduan keterampilan digital dasar dan keterampilan interpersonal adalah yang paling banyak mereka butuhkan. Sejalan dengan hal tersebut, sekitar 40% kaum muda Indonesia merasa penting untuk meningkatkan keterampilan digital dasar mereka.
Kaum muda Terpinggirkan Hadapi Tantangan Lebih Besar dalam Meningkatkan Keterampilan
Jika menilik penelitian ini lebih lanjut, ditemukan bahwa sebanyak 72% kaum muda Indonesia memperoleh keterampilan dari pendidikan formal. Di luar itu, sebagian kecil dari kaum muda mendapatkan keterampilan dari magang sebesar 31%, pusat pelatihan 29%, on-the-job training 24% dan mentorship 16%.
Setengah kaum muda di Indonesia, yakni sebanyak 51% telah mengikuti kegiatan pelatihan, dengan mayoritas mengikuti program pelatihan dari pemerintah sebanyak 62.7% dan 37,3% sisanya dari pihak swasta. Meskipun program pelatihan pemerintah tidak dipungut biaya, kaum muda terpinggirkan di Indonesia masih menghadapi sejumlah hambatan, yakni sebanyak 14% dari mereka tidak mempunyai cukup uang untuk keperluan logistik pelatihan seperti transportasi, uang saku, atau materi pembelajaran.
Di luar itu masih ada hambatan jarak sebanyak 12%, kekurangan waktu luang 6%, tidak diizinkan orang tua 6%, kurangnya minat 5%, minimnya pelatihan ramah difabel 3%, dan kurangnya perangkat pendukung 3% menjadi kendala lain yang mereka hadapi.
Di lain sisi, kesenjangan akses pendidikan antara kaum muda di daerah dan perkotaan menciptakan ketidaksetaraan peluang dalam mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Misalnya, hanya 6,3% kaum muda di pedesaan berhasil menamatkan pendidikan tinggi, dibandingkan dengan kaum muda yang berada di perkotaan yakni sebesar 12.6%.
Direktur Eksekutif ASEAN Foundation Dr. Yang Mee Eng mengatakan, “Dengan dunia mulai bergerak memasuki era pasca-COVID, dampak pandemi masih terasa. Perubahan drastis di dunia kerja saat ini mewajibkan kaum muda untuk beradaptasi lebih cepat, baik itu melatih kembali atau meningkatkan keterampilan mereka dengan mandiri.”
“Di sinilah program Bridges to the Future: ASEAN Youth Employment berperan. Satu tujuan dari program ini yaitu mendukung generasi muda ASEAN untuk tak hanya menguasai keterampilan terkini yang diperlukan untuk (kembali) memasuki dunia kerja, tapi juga membangun ekonomi pasca pandemi yang berkelanjutan.”
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa melalui kinerja terbaik Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia), Bridges to the Future: ASEAN Youth Employment telah menebarkan manfaat bagi lebih dari 9.000 kaum muda Indonesia melalui kombinasi webinar online dan bursa kerja yang berlangsung di tengah pandemi.