Misalnya karena cerita sejarahnya yang memikat, ingin mendapatkan pengalaman yang diceritakan oleh orang lain, kelangkaan/ scarcity atau ekskulisifitas, tipe wisatawannya, eksotisme suku setempat, jaminan keamanan, cocok untuk pengambilan foto-foto yang bisa untuk diceritakan kembali, heritage, history, pengalaman spiritual, affordable – sesuai kocek, banyaknya waktu untuk digunakan termasuk masa tempuh untuk mencapai destinasi yang menarik.
Pada akhirnya, Indonesia harus mampu menjual dengan cara mentransfer perasaan —kemampuan storytelling di semua dimensi. Memahami “maunya” dan kebutuhan traveler seperti cerita fiksi yang menjadi non-fiksi, menjadi kenyataan. Bukan hard-sales saja dengan menonjolkan “Ini produk unggul kami”.
Tentunya teman-teman pembaca mempunyai ketertarikan yang lain dari saya dan ingin urun rembug. Silakan.
Jember, 08 February 2024
Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku
- Telu Learning and Consulting for Hospitality Industry
- General Manager Java Lotus Hotel Jember