Bahasa Suportif

Kebahagiaan tidak berasal dari penekanan atau pengabaian emosi-negatif. Namun, justru dengan kesadaran menerima apa pun emosi yang sedang kita alami, baik itu negatif ataupun positif sebagai bagian dari diri kita, bagian dari hidup yang sedang kita jalani.

Kita perlu menyadari bahwa emosi sebenarnya adalah sumber informasi yang sangat kaya. Rasa takut membuat kita berhati-hati terhadap kemungkinan adanya bahaya, sementara perasaan bersemangat dapat mendorong tumbuhnya kreativitas dan keterbukaan melihat peluang-peluang baru.

Dengan menerima emosi orang lain dan diri sendiri, kita pun menjadi lebih nyaman dengan diri sendiri dan merasa terbebaskan dari keharusan membuat orang lain merasa nyaman. Sebagai atasan, kita perlu hati-hati jangan sampai menciptakan suasana anak buah merasa unseen, unheard, atau unsupported.

Kekuatan Emotional Intelligence

Banyak pemimpin yang berpikir bahwa tempat bekerja adalah tempat rasio harus berperan secara penuh, tanpa emosi. Mereka tidak percaya bahwa emosi juga sangat berpengaruh dalam pekerjaan.

Padahal, bukankah pemecahan masalah, pengambilan keputusan, apalagi membangkitkan semangat pada saat menghadapi kesulitan semuanya mengandalkan kekuatan emosi? 

Farah Harris menggambarkan orang yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi adalah mereka yang nyaman dengan emosinya dan bisa menebarkan aura yang nyaman sehingga membuat suasana kerja produktif. Ada beberapa hal yang bisa diingat bila mau menerapkan kehidupan emosional yang sehat di lingkungan kerja.

Pertama, validasikan pengalaman lawan bicara. Tindakan ini merupakan pengakuan terhadap apa yang dirasakan oleh lawan bicara. Bisa diekspresikan dengan kata-kata “saya mengerti….” atau “saya bisa merasakan apa yang kamu rasakan…”

Kedua, dalami masalahnya. Bila ingin suportif, kita perlu belajar mendalami situasi yang dialami lawan bicara. Optimalkan keterampilan mendengar aktif Anda sampai benar-benar tahu dukungan apa yang bisa kita berikan pada mereka.

Ketiga, bimbing fisik dan emosinya. Dalam keadaan kritis, seseorang sering mengalami kebingungan bagaimana ia dapat menyelesaikan masalahnya. Kita bisa menawarkan bantuan spesifik yang kita pikir akan berguna baginya atau langsung bertanya, “Bagaimana saya dapat membantumu?” Tunjukkan bahwa kedua tangan Anda terbuka untuk apa pun yang ia butuhkan.

Keempat, ajak berbagi perspektif. Mereka yang sedang mengalami kesulitan, sering hanya memiliki pandangan yang terbatas karena sisi lainnya ditutupi oleh rasa kalut, khawatir, maupun takut. Kita bias membantu mereka melihat hal-hal lain dari permasalahan tersebut yang mungkin dapat memberikan titik terang bagi mereka. Namun, di sisi lain, kita juga harus hati-hati untuk tidak memaksakan pandangan kita yang belum tentu cocok bagi mereka.

Kegigihan

Oleh Eileen Rachman & Emilia JakobKita pasti tidak memungkiri bahwa kecerdasan adalah salah satu...

Menyambut Tahun Ular Kayu bersama Ayana Midplaza Jakarta

Ayana Midplaza Jakarta, hotel bintang lima terkemuka di Jakarta mengundang para tamu untuk merayakan...

Layanan IT Outsourcing Nextgen – Kunci Sukses Bisnis Digital di Era Modern

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan digitalisasi, bisnis di berbagai sektor dituntut untuk beradaptasi...

- A word from our sponsor -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here