Perdalam prioritas kita dengan bertanya, apa masalah yang ingin kita selesaikan, bagaimana kita akan mengurainya, dan informasi apa yang masih kita butuhkan untuk mendapatkan solusi. Pendekatan yang spesifik dan relevan ini menyebabkan kita terbiasa untuk tidak reaktif terhadap datangnya informasi, tetapi justru proaktif mencarinya.
Tidak semua tugas dan keputusan berbobot sama. Contohnya, menentukan makanan yang akan dikonsumsi saat makan pagi tentunya tidak sepenting dibandingkan memutuskan menerima sebuah tawaran bekerja. Kita perlu mengarahkan otak kita untuk memprioritaskan keputusan apa yang akan kita ambil. Tidak semua keputusan mendesak dan harus diselesaikan saat itu juga.
Banyaknya informasi juga bisa menjadikan kita adiktif. Kita menjadi keranjingan untuk mencari informasi yang tidak ada habisnya. Akibatnya, kita bisa menjadi bingung dan tersesat di antara informasi yang berlebih tadi.
Kita perlu membatasi waktu yang kita perlukan untuk pencarian informasi, lalu segera mengambil keputusan dan meyakini bahwa keputusan yang kita buat sudah optimal. Pada dasarnya, apa yang kita miliki sekarang adalah buah dari pilihan-pilihan masa lalu kita.
“Banyaknya informasi menciptakan kemiskinan perhatian.” – Herbert A Simon
EXPERD, HR Consultant/Konsultan SDM
Diterbitkan di Harian Kompas Karier 24 Agustus 2024