Diskusi bersama mentor, konsultan ataupun profesional lain dapat membantu pemimpin untuk memahami dampak dari keputusan yang dibuatnya, termasuk dampak emosional. Dengan demikian, ia dapat melakukan analisis risiko yang lebih tepat dan merancang tindakan antisipatif.
Pemimpin juga harus ingat bahwa lembaga tidak memiliki wajah. Jadi kemarahan pemangku kepentingan terhadap ketimpangan maupun kegagalan lembaga biasanya akan ditumpahkan kepada pemimpinnya. Ini adalah hal yang manusiawi dan pemimpin perlu memahami bahwa ia harus legawa dengan posisinya dan tidak baper.
Dalam situasi sulit seperti ini, kebiasaan pemimpin dalam disiplin melakukan latihan olah raga ataupun meditasi dapat membantunya untuk menyalurkan tekanan emosinya dan bangkit kembali.
Kita lihat, pemimpin, selain perlu mengelola emosinya sendiri, juga perlu terampil dalam menangani emosi anak buahnya, yang berdampak pada emosi organisasi secara keseluruhan. Dengan meningkatkan emotional intelligence dan pendekatan yang mindful menuju pribadi yang autentik, Anda pasti bisa lebih sukses menjadi pemimpin yang lebih utuh.
EXPERD, HR Consultant/Konsultan SDM
Diterbitkan di Harian Kompas Karier 26 Agustus 2023