3 Kategori Kegagalan
Sebenarnya, kita dapat menggolongkan kegagalan ke dalam tiga kategori.
Pertama, kegagalan yang seharusnya dapat dicegah. Contohnya, pelanggaran prosedur, ketidakpatuhan terhadap disiplin yang sudah digariskan, dan ketidakmampuan menjalankan tata laksana yang sudah jelas.
Dalam hal ini, manajemen perlu meninjau kembali standar prosedur yang ada beserta segenap perangkat penunjangnya untuk menghindari kesalahan terjadi lagi. Setelah itu, lakukan perbaikan prosedur yang benar-benar dapat menghindari kesalahan serupa pada kemudian hari.
Kedua, kegagalan yang complexity related. Dalam kasus kecelakaan pesawat, membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan mungkin tahunan untuk sampai pada kesimpulan penyebab pasti musibah, mengingat banyaknya unsur yang terlibat di dalamnya, dari unsur manusia, kecanggihan teknologinya, hingga unsur-unsur di luar kontrol manusia seperti cuaca. Perlu penelaahan yang mendalam sebelum menarik kesimpulan yang tepat.
Terburu-buru menarik kesimpulan akan membawa kita pada solusi yang tidak tepat untuk mencegah kegagalan di masa depan.
Ketiga, kegagalan yang cerdas. Organisasi yang cerdas memang sudah mengantisipasi hal ini yang berguna untuk mendapatkan pengetahuan baru yang belum ada best practice-nya selama ini, dan justru dibutuhkan untuk menyongsong pengembangan masa depan. Professor Sim Sitkin menyebutnya sebagai intelligent failures.
Beragam penemuan baru di bidang kesehatan, pengobatan, dan teknologi pasti melalui serangkaian trial and error yang dilakukan oleh para peneliti dan pengembang produk di organisasi tersebut. Di sinilah kegagalan membudaya dan dianggap sebagai upaya kemajuan.
Perusahaan seperti IDEO yang semenjak awal memang menawarkan inovasi, bahkan menjadikan sikap ini sebagai salah satu kompetensi utamanya.
Lingkungan Kerja yang Psychologically Safe
Tentunya tidak semua jenis bisnis bisa memiliki ideologi seperti perusahaaan IDEO: Fail often in order to succeed sooner. Namun, perusahaan bisa membangun semangat untuk berani mencoba, bereksperimen, dan terus mencari cara baru yang lebih baik di antara insan-insannya. Pimpinan perusahaan selalu harus menekankan, “We’re in the discovery business, and the faster we fail, the faster we’ll succeed.”
Perusahaan dengan budaya pembelajar yang menganggap kegagalan adalah pembelajaran bisa melawan budaya mencari kambing hitam. Tidak lekas memalingkan muka pada kegagalan, tetapi justru pempelajarinya dengan seksama dan kontekstual sehingga pelajaran yang didapat dari kegagalan akan optimal.