Bagaimana kita memberdayakan indra kita untuk menyerap kejadian di sekitar kita, ketika berjumpa dengan orang yang sangat kita kagumi kepemimpinannya, ataupun yang secara signifikan terlihat kemampuannya dalam memengaruhi orang lain.
Kita bisa mengamati, mendengar, dan kemudian mencatat apa saja reaksi-reaksi mereka, bagaimana mereka bersikap kepada orang lain, apa saja kebiasaan, tindak tanduk yang mereka lakukan dalam kapasitas interaksi mereka sebagai pemimpin. Tidak ada waktu yang khusus kita alokasikan untuk aktivitas ini, justru kita belajar secara langsung mengenai praktik nyata kepemimpinan yang mungkin tidak ada di buku-buku kepemimpinan mana pun.
Dalam setiap proses interaksi, tanyakan pada diri kita apa yang akan kita lakukan sebagai seorang pemimpin, bandingkan dengan bagaimana aksi yang dilakukan oleh para pemimpin ini dan perhatikan reaksi yang didapatkannya.
Dengan demikian, kita dapat mengevaluasi apakah aksi yang akan kita lakukan akan berdampak positif atau sebaliknya. Kita memiliki ruang yang lebih besar untuk menyerap apa yang terjadi di luar dan menganalisis dengan saksama.
Pahami rentang kontrol
Dalam kepemimpinan, banyak yang mengira bahwa kontrol yang kuat akan mengakibatkan kepemimpinan yang kuat. Pada kenyataannya, kontrol yang terlalu kencang justru sering menjadi bumerang karena alih-alih mengembangkan anak buah justru membuat mereka semakin lemah karena seluruh beban tanggung jawab hanya berada di pundak pemimpin.
Seorang pemimpin perlu membedakan apa yang bisa dan harus dikontrol, apa yang tidak bisa dikontrol, dan apa yang jangan dikontrol. Dengan keterampilan membedakan ketiga hal ini, ia dapat memainkan kontrol dengan tepat. Yang harus diingat adalah bahwa pihak yang paling bisa dikontrol adalah dirinya sendiri.
Dengan kekuatan mengontrol diri, seorang pemimpin tidak memedulikan apa yang dipikirkan orang lain tentang dirinya. Mereka terbiasa melakukan ego checking sebelum mengambil keputusan yang penting untuk memahami apakah tindakan ini bermanfaat bagi kepentingan yang lebih besar atau sekadar untuk ego pribadinya saja. Ini adalah inner dialogue yang perlu dibiasakan seorang pemimpin.
Terus bereksperimen
Kita tahu pemimpin perlu meningkatkan kalibernya. Ia harus terjun ke lapangan mengalami gagal dan sukses, kalah dan menang. Seperti halnya seorang ilmuwan yang semakin mumpuni melalui banyaknya eksperimen, demikian juga pengalaman kepemimpinan pun perlu ditempa melalui beragam kegiatan dan pengambilan keputusan sehari-hari.
Pengembangan kepemimpinan adalah proses yang berkesinambungan dan tidak hanya terjadi di tempat kerja saja. Berperan sebagai orang tua, pemain olahraga, sampai relawan sekalipun juga bisa menjadi lahan pengembangan kita.
Hargai setiap kemajuan sekecil apa pun itu. Sebagaimana kita memotivasi anak buah dalam setiap proses kemajuannya, kita pun perlu menepuk pundak sendiri pada setiap kemajuan yang berhasil kita raih, sambil tetap mencari masukan agar proses belajar pun terus berjalan.