Berpikir Strategis

Menjadi lebih strategis

Pertama, kita sering merasa bahwa orang yang kuat melakukan eksekusi adalah eksekutif yang piawai. Namun, banyak yang membuktikan bahwa mereka yang terlalu sibuk melompat dari rapat yang satu ke rapat yang lain serta berkutat pada operasional sehari-hari justru sulit untuk berpikir lebih strategis. Fokus mereka lebih banyak pada apa yang ada di depan mata saja.

Untuk itu, kita sebenarnya perlu belajar mendelegasikan dengan benar sehingga kita juga bisa sejenak mengambil jarak dan memikirkan masa depan dengan jernih.

Bill Gates sering mengambil cuti seminggu penuh tanpa berhubungan dengan pekerjaannya untuk menjernihkan pikirannya dari hal-hal operasional. Kalau Bill Gates saja menganggap hal ini penting, apalagi kita.

Kedua, kita perlu belajar membuat prioritas yang benar. “Genting” adalah musuh dari “penting”. Kalau kita senantiasa melakukan firefighting, itu berarti bahwa selama ini kita tidak bisa melihat pola-pola kesalahan dan berpikir inovatif mencari celah perbaikan yang dapat menjadi solusi menyeluruh, baik untuk saat ini maupun masa mendatang.

Ketiga, pemikir strategis perlu menyadari bahwa ia tidak bisa mendapatkan solusi sendirian. Ia perlu berlatih untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menggelitik pemikiran pihak lain. Diversity of thought adalah kunci.

Ajukan pertanyaan-pertanyaan, seperti “kemungkinan-kemungkinan apa yang Anda lihat? Berdasarkan pengalaman Anda, apa saran Anda untuk langkah selanjutnya?”

Berdiskusi dengan orang lain mengenai situasi, ide-ide, dan perspektif yang berbeda akan membuat imajinasi kita meluas dan wawasan yang melebar. Karenanya seorang pemikir strategis yang bijaksana perlu keluar dari meja dan ruangannya, melihat keluar, bertemu dengan banyak orang untuk merasakan kemajuan yang sudah terjadi di luar sana. Bila ingin berpikir strategis, kita harus keluar dari zona nyaman kita.

Keempat, seorang pemikir strategis adalah mereka yang mampu mencapai kinerja tinggi tanpa harus mengorbankan diri dan tim sampai menderita. Ia perlu mengambil risiko, tetapi juga pandai menghitung kekuatan timnya. Ia dapat mencari jalan keluar yang win-win bagi semua pihak.

Kelima, seorang pemikir strategis harus bisa belajar menginterpretasikan pola dan mengidentifikasikan hubungan antara berbagai hal-hal. Connecting the dots kalau kata Steve Jobs.

Setiap kali ada gejala baru, ia akan mempertanyakan, “What do i see?” Apakah ada suatu kesamaan ataupun hubungan? Mereka juga harus menyadari kemungkinan adanya bias dan asumsi. Oleh karena itu, mereka perlu berlatih untuk tetap obyektif.

LIF Indonesia dan Benih Baik Dukung Program CSR Penanaman Pohon dalam Rangka Ulang Tahun ke-3 The Gaia Hotel Bandung

Bandung, 6 November 2024 – LIF Indonesia bersama dengan platform penggalangan dana sosial yang dirikan oleh Andy...

Persegi dan Manis: Gaya Jam Tangan Klasik yang Kembali Bersinar

Peluncuran Patek Philippe Cubitus baru-baru ini menarik banyak perhatian di dunia horologi. Meski beberapa...

Integrasi Teknologi Smart Home dalam Desain Arsitektur Modern

Dalam era digital saat ini, teknologi smart home telah menjadi bagian integral dari kehidupan...

- A word from our sponsor -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here