Sementara Maya Sujatmiko, pemilik ArtSphere Gallery mengatakan, “Kami sangat bangga bisa memamerkan karya-karya seniman spesial muda yang sangat berbakat. Sebuah kehormatan juga menjadi bagian dan platform dari perjalanan artistik dua seniman penyandang autis dan down syndrome.”
“Memang dala seni tidak ada batasan untuk berkarya dan dengan seni ini kita bisa berbicara dalam satu Bahasa yaitu kebersamaan dan kesetaraan. Sukses terus Diego dan Omar, embrace your bright future.”
“Saya sangat kagum dan hormat terhadap para orang tua yang berdedikasi dalam memberikan support yang luar biasa terhadap anak-anaknya yang spesial ini untuk menjadi panutan bagi para orangtua lainnya,” tutur Maya.
Begitu pula Safrie Effendie, Pengajar Visual Art di Matalesoge hospitABLElity, mengatakan penyandang autis dan down syndrome kerap mendapat pandangan negatif, tidak sedikit dari mereka dijauhkan masyarakat.
Padahal, di balik kekurangan tersebut terdapat imajinasi yang tinggi, layaknya seniman profesional. Karya seni yang terlukis di atas kanvas memiliki nilai artistik bentuk ekspresi isi hati, sebagai cara penyandang autis/down syndrome berkomunikasi.
“Melalui lukisan, kita dapat menyelami daya pikiran mereka. Untuk membuat karya lukis ini mereka hanya butuh waktu 15 hingga 30 menit. Imajinasi anak autis dan down syndrome lebih tinggi dari anak regional. Sudut pandang yang diciptakan juga berbeda,” jelas Safrie.
Ditambahkannya, jika diselami lebih jauh, ada banyak yang dapat dieksplor oleh anak autis dan down syndrome. Selain lukisan, mereka juga memiliki karya seni yang tinggi.