Blue Action Fund Dukung Penguatan Kelembagaan Masyarakat Hukum Adat di Bentang Laut Kepala Burung, Papua Barat

Berbicara mengenai konservasi laut di Indonesia, tidak bisa dilepaskan dari peran Masyarakat Hukum Adat (MHA), termasuk di Bentang Laut Kepala Burung, Provinsi Papua Barat. Perairan di Bentang Laut Kepala Burung merupakan salah satu perairan yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia.

Nilai luhur yang terwujud dalam perilaku turun-temurun seperti sasi, ikut mendukung pengelolaan lestari. Agar pengelolaannya dapat dijalankan dengan optimal dan mandiri, diperlukan penguatan kelembagaan unit pengelola wilayah MHA menuju terwujudnya manfaat ekonomi bagi masyarakat.

Hal tersebut menjadi pokok bahasan dalam Lokakarya “Penguatan Kelembagaan Pengelolaan Melalui Pembentukan Unit Pengelola Wilayah Masyarakat Hukum Adat di Provinsi Papua Barat” yang diselenggarakan oleh Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) di Kota Sorong pada tanggal 11-12 Oktober 2022.

“Leluhur telah mengajarkan kami menjaga alam dan memanfaatkannya secara bijak. Oleh karena itu, penting bagi kami untuk senantiasa meneruskan upaya tersebut hingga hari ini dan nanti,” kata Ketua Dewan Adat Malamoi, Pendeta Paulus Sapisa.

Sejak 2016, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah melakukan fasilitasi pengakuan dan perlindungan terhadap 27 MHA yang tertuang dalam 20 Peraturan Bupati/Wali Kota. Di Provinsi Papua Barat, dua di antaranya yaitu MHA Malamoi di Malaumkarta Raya, Kabupaten Sorong[1] dan  MHA Bikar di Werur Raya, Kabupaten Tambrauw[2].

“Dalam implementasinya, pengelolaan wilayah kelola MHA di kedua wilayah tersebut telah menerapkan sistem kearifan lokal, seperti Egek di Malaumkarta Raya dan Sasi di Werur Raya. Dalam pengembangan selanjutnya, kedua wilayah ini akan dikelola melalui sebuah kerangka Pengelolaan Perikanan Bebasis Masyarakat atau disingkat PPBM, di mana dalam lokakarya ini konsep PPBM telah diperkenalkan kepada peserta lokakarya,” ujar Bird’s Head Seascape Senior Manager YKAN Lukas Rumetna.

Lebih lanjut Lukas menjelaskan, konsep ini akan terus disempurnakan melalui diskusi-diskusi dengan masyarakat serta para pihak lainnya agar siap untuk diimplementasi di wilayah kelola MHA Malaumkarta Raya dan Werur Raya. Diharapkan, melalui sebuah kerangka pengelolaan yang baik, wilayah kelola MHA Malaumkarta Raya dan Werur Raya dapat memberikan manfaat yang lebih besar lagi, baik secara ekonomi dan dari aspek keberlanjutan sumber daya secara ekologi. 

“Pengembangan wilayah kelola MHA juga perlu dibangun pada aspek potensial lainnya yang dimiliki oleh kedua MHA seperti pariwisata bahari, budaya maritim, budidaya, restorasi dan lain sebagainya. Sehingga dalam pengembangan wilayah kelola MHA, dapat mewujudkan pengelolaan yang optimal dan mandiri melalui pemanfaatan potensi tersebut sebagai sumber pendanaan pengelolaan MHA itu sendiri,” jelasnya. 

BINUS University Naik 20 Peringkat se-Asia dalam Pemeringkatan QS World University Rankings Asia

Jakarta, 6 November 2024 - BINUS UNIVERSITY, sebagai Perguruan Tinggi Indonesia berkelas dunia mengucapkan...

Mengapa Startup Perlu Mendirikan PT di Awal Perjalanan Bisnis?

Di era ekonomi digital yang terus berkembang, semakin banyak startup muncul dengan ide-ide inovatif...

Marianna Resort & Convention Tuktuk Samosir Gelar Perayaan Diwali Pertama di Samosir

Pulau Samosir, terletak di tengah Danau Toba, adalah salah satu destinasi wisata terpopuler di...

- A word from our sponsor -

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here