Oleh Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Berbagai grup Whatsapp tiba-tiba dipenuhi dengan ahli politik dadakan yang merasa paling tahu mengenai masa lalu sampai masa depan calon kesayangannya. Di masa seperti ini, persahabatan yang telah terjalin sekian tahun bisa tiba-tiba terputus karena perbedaan pilihan.
Suasana rumah pun tak jarang menjadi tegang karena debat antara pilihan yang berbeda ini, yang bisa jadi lebih panas daripada debat para kandidat itu sendiri. Kita yang berusaha untuk tetap berkepala dingin terkadang bingung, mengapa begitu banyak orang tiba-tiba seperti kehilangan akal sehat.
Tidakkah mereka bisa melihat bahwa setiap kandidat memiliki kelebihan dan kekurangan? Mengapa kita tidak bisa berdiskusi dengan tenang, membandingkan setiap kandidat dengan obyektif agar nanti dapat menentukan pilihan berdasarkan alasan rasional?
Kondisi ini ibarat cinta buta yang biasa dialami oleh para remaja. Saat kita demikian terbius oleh kekuatan persona seseorang sehingga hanya dapat melihat hal-hal yang positif saja dari diri mereka. Informasi yang bertolak belakang serta merta ditolak ataupun dirasionalisasi dengan alasan-alasan yang terlihat begitu meyakinkan.
Pemujaan terhadap sosok seperti ini memang sudah lama sekali terjadi dalam situasi politik. Tujuannya untuk terus memupuk kekaguman para pengikut sehingga membuat mereka tidak lagi dapat berpikir obyektif. Situasi ini terus berlanjut dan kepercayaan pengikut semakin lama semakin kuat dengan adanya juga kebutuhan need to belong dari para pengikutnya.
Hubungan dalam in group ini menciptakan group think yang kuat, bahkan bisa mengalahkan nilai-nilai individual yang dimiliki sebelumnya. Dalam in group tidak ada lagi pemeriksaan terhadap kebenaran yang mereka miliki.
Dalam organisasi, pemujaan terhadap sosok pemimpin yang karismatik pun terjadi. Elizabeth Holmes yang pernah disebut sebagai perempuan milliarder termuda berhasil menghipnotis para petinggi negara, seperti mantan Menlu AS George Shultz, mantan CEO Wells Fargo, sampai Henry Kissinger untuk menjadi anggota dewan perusahaannya.
Theranos berhasil mendapatkan valuasi 10 miliar dolar AS pada puncaknya dan menyandang status start up decacorn serta membuat Holmes menyandang kekayaan bersih 4,5 miliar dolar AS. Theranos juga mengantongi kemitraan dengan perusahaan–perusahaan besar di bidang farmasi.
Apa yang membuat nama–nama besar yang sudah begitu dikenal dunia dapat tenggelam dalam pesona seorang pengusaha muda yang drop out dan tanpa keahlian medis sama sekali menjadi penemu mesin tes darah instan yang dapat mendeteksi berbagai kondisi medis?
Kissinger bahkan menggambarkan bagimana Holmes telah memukaunya dengan mengatakan bahwa Holmes memiliki ethereal quality. Namun, kemudian terbukti teknologi yang dimiliki Theranos tidak seperti yang dijanjikan.