Selain itu, ada tren “bare minimum mondays” sebagai jawaban atas fenomena “I hate Mondays”. Bare minimum mondays mengacu pada karyawan yang melakukan pekerjaan dengan tanggung jawab minimal pada hari pertama minggu kerja.
Konsep ini memercayai bahwa dengan mengurangi tekanan untuk bekerja pada hari Senin, karyawan dapat meminimalkan kecemasan mengenai minggu yang akan datang dan membuat hari Senin tidak terasa terlalu menakutkan.
Menghindari jebakan budaya “hustle”
Ryan Crownholm, seorang penulis dan wirausaha, berpendapat, kesuksesan jangka panjang membutuhkan pendekatan holistis, mencakup tidak hanya pekerjaan, tetapi juga kesejahteraan pribadi.
Kita tidak bisa memungkiri bahwa ada masa ketika kita memang perlu mengejar tenggat ataupun tuntutan pelanggan yang mendadak.
Namun, kita perlu waspada agar situasi ini tidak menjadi budaya sehari-hari. Menurut Crownholm, produktivitas sejatinya bersumber dari kerja dengan tujuan dan niat, bukan tanpa henti.
Manoj Dias, Co-founder Open dan VP of Mindfulness, juga berpendapat bahwa tanpa istirahat, kita tidak bisa berfungsi secara optimal. Kita malah cenderung bereaksi secara impulsif karena beroperasi dengan rangsangan hormon kortisol dan adrenalin.
“Jika ingin menjalani hidup dengan sepenuh hati, kita harus memiliki niat untuk membudayakan tidur dan bermain serta melepaskan kelelahan sebagai simbol status dan produktivitas sebagai harga diri,” kata Brené Brown.
Selain berjuang memperbaiki mindset, kita juga perlu mewaspadai pengaruh dari luar. Sebagai manusia, kita memang cenderung berusaha mendapatkan social approval.
Dengan budaya yang menekankan kerja keras, orang mengagumi mereka yang datang paling awal dan pulang paling malam. Senantiasa terlihat sibuk menjadi yang paling dicari sampai selalu bisa dihubungi meskipun pada hari libur membuat kita merasa penting.
Produktif tanpa “hustle”
Pekerjaan memang penting dalam hidup kita. Melalui bekerja dan berkarya, kita juga dapat menjadi berarti. Namun, sebagaimana hidup yang bermakna tidak dinilai dari panjang ataupun pendeknya umur, kerja yang berkualitas pun tidak dapat diukur dari waktu yang dihabiskan.