Pemimpin merasa frustrasi dengan kurangnya kualitas keterampilan para bawahan dalam membuat keputusan, sementara bawahan khawatir dengan konsekuensi jika mereka salah dalam mengambil keputusan, baik bagi keberlangsungan organisasi maupun dirinya sendiri.
Untuk itu, perubahan pertama-tama harus dilakukan oleh pimpinan. Bagaimana ia merencanakan transisi tanggung jawab secara bertahap untuk membangun kepercayaan dirinya sendiri dalam melakukan delegasi serta kepercayaan diri bawahan terhadap keterampilan pengambilan keputusan mereka.
Pemimpin yang tidak bersungguh-sungguh mendelegasikan keputusannya ke bawahan akan tetap bertahan pada kultur pengambilan keputusan yang terpusat pada dirinya.
Pemimpin perlu mentransfer keterampilannya dalam melihat potensi risiko dari berbagai pilihan yang ada. Lengkap dengan beragam hambatan pribadi yang perlu ditangani oleh seorang pengambil keputusan, seperti kepercayaan diri yang berlebihan, wawasan yang sempit, kelelahan, sampai kepada guts dalam mengambil keputusan.
Proses ini membutuhkan dialog yang panjang dan intensif antara pemimpin dengan bawahannya, apalagi bila menyangkut keputusan-keputusan yang dilematis.
Ada beberapa langkah yang dapat dijadikan pegangan dalam pengambilan keputusan.
1. Identifikasikan tujuan: apa permasalahan utama yang harus diselesaikan, mengapa ini penting?
2. Kumpulkan data dan informasi: data-data apa saja yang perlu dikumpulkan? Mana yang data, fakta, dan mana yang asumsi?
3. Analisis data dan solusi: apa kesimpulan yang bisa ditarik dari berbagai data yang dimiliki? Apakah kesimpulan tersebut sudah bebas dari bias-bias pribadi? Apa saja alternatif solusi yang kita miliki? Sudahkah kita mengetahui risiko yang mungkin timbul dari setiap pilihan solusi yang ada? Siapa saja pihak yang terdampak dari setiap pilihan solusi?
4. Langkah implementasi: apakah langkah implementasi yang disusun dapat memastikan tercapainya tujuan dari permasalahan? Hambatan apa yang mungkin timbul dalam proses implementasi dan bagaimana penanganannya?