Diskusi Krisis Iklim Lewat Seni Teater Forum. Ini 5 Aktor-Aktivis Muda di Baliknya 

Menurut Hasdian Kharisma Priani dari Garasi Performance Institute, pendekatan teater forum berangkat dari aktivitas sehari-hari para aktornya. Dengan begitu, akan lebih mudah untuk menentukan pose dan image, karena temanya dekat dengan mereka. “Lagu pengiringnya juga saya buat berdasarkan teks yang mereka berikan. Dan, saya salut pada para aktivis muda yang menjadi aktornya. Dalam waktu dua-tiga hari mereka bisa sangat cepat menangkap metode yang diberikan.”

Lewat persiapan relatif singkat, digelarlah Teater Forum: Sekutu Iklim pada Mei lalu, yang mengundang aktivis dari bermacam latar belakang. Kelima aktor utamanya merupakan para aktivis muda dari berbagai daerah yang peduli terhadap isu iklim. Mereka sepakat bahwa kesempatan berteater forum ini merupakan pengalaman ‘diskusi’ sangat menarik yang belum pernah mereka rasakan. Siapa sajakah kelima aktor tersebut? Yuk, berkenalan dengan mereka.   

Rina Seruyana

Relawan Youth Act Kalimantan

Berada di bawah atap Yayasan Ranu Welum, Youth Act Kalimantan merupakan perkumpulan pemuda adat yang sudah menyebar di berbagai titik di Kalimantan menjadi gerakan masif, yang jumlah relawannya mencapai 3.000 orang. 

Misi utama mereka adalah memberdayakan pemuda adat Kalimantan untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat adat. Pemuda adat menjadi jembatan antara pengetahuan adat dan teknologi modern agar bisa berkembang dalam berbagai sisi, termasuk budaya, sosial, pendidikan, dan pemberdayaan sumber alam.

Rina melihat, dulu desa-desa di kawasan Barito selatan memiliki banyak penari. Tapi, sekarang seolah mati suri. Karena itu, Rina mengambil inisiatif untuk menjadi relawan guru tari bagi anak-anak desa, mendorong mereka agar mencintai budayanya.

“Selain itu, kami juga menghidupkan kembali perpustakaan tak layak pakai dan menyeleksi buku-buku yang masih bagus agar anak-anak mau belajar dan membaca buku,” kata Rina, yang pernah mencicip pengalaman berteater semasa sekolah.

Setiap tahun, lewat program The Heartland Project, Youth Act Kalimantan mengajak pemuda adat untuk menanam pohon di lahan bekas kebakaran hutan. “Sampai sekarang kami menyediakan bibit pohon, lalu kami bersama-sama menanam. Tak berhenti sampai di situ, kami juga melakukan tracking terhadap bibit yang ditanam. Jika ada pohon yang mati, kita harus ganti pohon tersebut,” kata Rina, yang juga belajar membuat film sebagai media advokasi.

Hutan menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat yang hidup di sekitarnya. “Meski sawit datang dan memberi penghasilan, jika hutan tidak ada, mereka tidak bisa hidup. Kalau sawit tidak ada, kami bisa tetap hidup,” kata Rina, yang berharap agar pemuda adat sadar akan identitasnya, sehingga mau mengembangkan budaya dan tradisi mereka sendiri.

Umana Bali, LXR Rayakan Ulang Tahun Pertama dengan Perayaan Spesial Selama 3 Hari

Umana Bali, properti dari LXR Hotels & Resorts, baru saja merayakan ulang tahun pertamanya...

89% Generasi Milenial dan Gen Z Optimis pada Masa Depan

Meskipun Keduanya Mengkhawatirkan Pekerjaan, Pendidikan, dan KesehatanDi Indonesia, ketika berbicara terkait masa depan Generasi...

Kenalkan AI dalam Strategi Digital Marketing, MAXY Academy Gelar Webinar SEO dengan AI Gratis

Surabaya, 18 November 2024 – "SEO bukan hanya soal kata kunci, tetapi bagaimana kita...

- A word from our sponsor -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here