Evaluasi Diri

Oleh Eileen Rachman dan Emilia Jakob

Ungkapan “know who you are” dan “how does people see you” sering kita dengar di dalam ranah pengembangan pribadi ataupun pengembangan kinerja karyawan di pekerjaan. Setiap orang yang paham mengenai manajemen kinerja, kesuksesan karier, dan efektivitas kepemimpinan tahu bahwa hal ini penting.

Namun, penelitian juga mengatakan, bahwa self-awareness seperti ini sangat langka di tempat kerja. Kita sering menemui orang yang tidak melihat ada kekurangan pada dirinya dan tidak pernah merasa perlu untuk mengoreksi diri. Ketika melakukan kesalahan yang membuat situasi menjadi sulit pun, ia tetap merasa bahwa keadaan baik-baik saja.

Dari penelitian mengenai self-awareness, ditemukan bahwa hanya 10 – 15 persen dari populasi yang benar-benar self-aware walaupun 95 persen populasi merasa bahwa mereka sangat self-aware.

Di pekerjaan, kita juga mungkin sering menemui orang-orang seperti ini. Mereka sering menikmati kesuksesan masa lalunya, memiliki kualifikasi yang cemerlang, tetapi tidak menyadari apakah kunci sukses mereka mencapai posisinya ini dapat diteruskan sampai tahun-tahun mendatang.

Sebuah survei terhadap kurang lebih 500 karyawan dari berbagai industri menemukan, 99 persen dari mereka pernah menemui paling tidak satu orang pribadi yang unaware seperti itu, yang adalah rekan setara, bawahan, atasan, dan pelanggan. Mereka mengatakan, “Un-self-aware colleagues aren’t just frustrating; they can cut a team’s chances of success in half.”

Selain kinerja yang terganggu, dampak lainnya adalah peningkatan stres, berkurangnya motivasi, dan memperkuat keinginan orang untuk meninggalkan situasi tersebut.

Filsuf Yunani kuno Socrates mengatakan, “The unexamined life is not worth living” Namun, kenyataannya, kita melihat bahwa kebanyakan dari kita menjalani hidup yang unexamined. Jadi, bila self-reflection ini suatu hal yang penting, mengapa banyak di antara kita yang tidak melakukannya.

Self-reflection ternyata tidak mudah untuk dipraktikkan. Kita hidup di dunia yang berkembang dengan sangat pesat. Telepon pintar kita selalu memberi notifikasi hal-hal baru yang masuk. Banyak hal yang terlihat lebih menarik daripada melakukan refleksi diri. Padahal, bila kita tidak memiliki perspektif yang jelas mengenai diri kita, kita tidak memiliki gambaran yang jelas bagaimana kita mau berkembang, belajar, menikmati, dan menghargai diri.

Ada individu yang tadinya sangat sukses, tetapi begitu memasuki masa pensiun beberapa lama jadi punya kebiasaan menyebarkan berita-berita negatif yang mencekam, ada yang emosinya berubah sangat cepat dan sulit membendung emosinya. Banyak orang di sekitarnya melihat perubahan ini, tetapi seringkali tidak ada yang berani memberi masukan kepada mereka. Bagaimana ia dapat memperbaiki diri bilamana ia tidak memiliki kesempatan untuk melakukan refleksi diri?

Tips Cari Meme Coin Solana di DexScreener yang Berpotensi Naik 10X!

Meme coin di ekosistem Solana menjadi sorotan para investor kripto yang mencari potensi keuntungan besar...

Royal Tulip Gunung Geulis Resort & Golf Perkenalkan Gedung Baru “The Suites”

Untuk semakin memanjakan para tamu setianya, Royal Tulip Gunung Geulis Resort & Golf resmi...

Polident Luncurkan POLINA, Consumer Chat AI Pertama di Indonesia

Khusus Perawatan Gigi, dan Penyediaan Gigi Tiruan Gratis dalam Kampanye #BalikinSenyumMemperkenalkan POLINA, asisten virtual...

- A word from our sponsor -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here