Semakin kompleks keputusan yang harus diambil oleh pimpinan, semakin ia harus memperkuat keterampilan bertanyanya guna mendapatkan gambaran dan fakta yang lebih menyeluruh dari berbagai pihak.
Ada beragam cara bertanya. Ada pertanyaan menjebak yang dapat membuat lawan bicara merasa tersudutkan, ada juga pertanyaan yang pura-pura bertanya tapi sebenarnya ingin mengarahkan lawan bicara pada jawaban yang diinginkan oleh penanya. Di sinilah dibutuhkan ketulusan hati kita sebagai pemimpin ketika ingin bertanya.
Sebagai pemimpin, kita perlu membangun lingkungan agar kejujuran dihargai dengan baik, dan semuanya ini berawal dari diri sendiri. Bila yang kita ucapkan tidak sesuai dengan yang dilihat anak buah, secanggih apa pun program yang kita buat tidak akan berhasil dengan baik.
Dengan demikian, sesengit apa pun fakta-fakta keburukan yang disampaikan, kita tetap perlu menunjukkan pada bawahan bahwa kita menghargai dengan tulus kesediaan mereka untuk berbagi. Dengan sikap positif pula, kita tetap membawa mereka menuju produktivitas.
Dengan sikap positif, fokus kita adalah bersama-sama mencari jalan keluar yang lebih baik. Investigasi kesalahan ditujukan untuk mencari akar permasalahan, bukan menghakimi biang keladi penyebab kesalahan. Dengan demikian, suasana tim pun dapat tetap kondusif berfokus pada solusi. Mempermalukan individu dan menyebabkan rasa bersalah sama sekali bukan jalan menuju perbaikan.
Kita pun bisa kreatif membuat mekanisme penyampaian fakta yang perlu menjadi perhatian organisasi. Namun, yang terpenting adalah bagaimana kita menunjukkan pada pemberi informasi bahwa suara mereka benar-benar didengar dan diperhatikan.
Kotak-kotak saran yang sering kita lihat di beberapa gedung adalah salah satu contoh media penggalian informasi dari lapangan. Namun, kotak saran yang penuh sampah adalah contoh nyata ketidakpercayaan pihak lain terhadap keseriusan organisasi dalam mendengar.
Memang tidak semua saran maupun informasi perlu ditindaklanjuti, di sinilah dibutuhkan keterampilan pemimpin dalam memilih informasi yang penting dan genting.
Pemilihan fakta-fakta keburukan yang perlu digarap juga akan berdampak pada pembentukan persepsi bawahan. Bila hanya dari divisi tertentu yang disoroti, sementara permasalahan divisi lain apalagi yang dikenal dekat dengan pimpinan tidak pernah dibahas, persepsi tentang us vs them akan terbentuk di antara mereka.
Sikap fairness dari pimpinan akan dengan mudah terbaca melalui bagaimana cara ia menyikapi kabar-kabar buruk ini dan pada akhirnya memengaruhi keinginan bawahan untuk buka mulut. Whatever the truth, you can still retain faith in your ability to succeed when you embrace a climate that energizes people to communicate.