Fokus, Kekuatan Super pada Era Disrupsi

Oleh Eileen Rachman dan Emilia Jakob

Bayangkan hidup sehari tanpa ponsel. Sanggupkah? Bagi kita saat ini, lebih baik tidak membawa dompet ketimbang tidak membawa ponsel. Sepanjang hari, ponsel menunjukkan kepintarannya dengan notifikasi tanpa henti.

Pekerjaan kita pun kerap disela dengan tugas-tugas lain yang semuanya penting dan genting. Pikiran kita seperti komputer dengan banyak tab yang terbuka.

Multitasking sering diasosiasikan dengan produktivitas. Seolah-olah mereka yang jago multitasking bekerja secara efisien. Padahal, penelitian menunjukkan, ketika kita berpindah-pindah dari satu tugas ke tugas lainnya, otak membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri—sebuah proses yang dikenal sebagai switching cost.

Ini berarti kita menghabiskan waktu dan energi untuk “berpindah jalur” pemikiran sebelum bisa kembali fokus pada tugas yang harus diselesaikan.

Kehilangan fokus tidak hanya memengaruhi produktivitas, tetapi juga kualitas hidup secara keseluruhan. Pekerjaan yang bisa diselesaikan dalam satu jam malah memakan waktu berjam-jam karena gangguan terus-menerus. Kehilangan fokus juga menciptakan jarak emosional yang sulit dijembatani.

Seberapa sering Anda memeriksa ponsel saat makan malam bersama keluarga, yang berakibat pada kualitas hubungan dengan orang-orang penting di sekitar kita. Jeremy Clarkson mengatakan, “Multitasking adalah kemampuan untuk mengacaukan segalanya secara bersamaan.”

Mengapa kita kehilangan fokus?

Ilmuwan politik Herbert Simon pernah berkata, “Banyaknya informasi menciptakan kemiskinan perhatian.” Dengan begitu banyak hal yang bersaing untuk perhatian kita, fokus menjadi semakin sulit dicapai.

Sebuah studi oleh Microsoft pada 2015 menemukan bahwa rentang perhatian manusia menurun dari 12 detik pada tahun 2008 menjadi hanya 8 detik saat ini, lebih pendek daripada rentang perhatian seekor ikan mas! Apa penyebabnya?

Kita dibanjiri dengan beragam informasi dari media sosial, e-mail, berita, hingga aplikasi pesan instan. Bisa dibilang kita mengalami ledakan informasi digital. Masyarakat modern sering kali mengagung-agungkan kesibukan. Jika tidak terlihat sibuk, kita dianggap malas atau tidak berkontribusi. 

Regent Bali Canggu: Oase Kemewahan Baru di Pantai Canggu

Bali kembali menyambut kehadiran ikon kemewahan terbaru dengan dibukanya Regent Bali Canggu, resor tepi...

Kreator & Agensi di Asia Tenggara Bersatu Bentuk Asosiasi Kreator Regional

Para content creator terkemuka, talent management agency dan konsultan komunikasi di Asia Tenggara bersatu...

Ramadan with Heart

Trunk Show Eksklusif Yayasan Jantung Indonesia, Oscar Lawalata Culture, dan Ghea Indonesia untuk Bantu...

- A word from our sponsor -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here