Selera humor membuat interaksi lebih mudah dan menciptakan hubungan yang lebih baik dan bahagia dengan orang lain.
Bagaimana mengoptimalkan humor?
Pertama, gunakan common sense. Berpikir sebelum berkata-kata tetap berlaku ketika kita akan melontarkan lelucon. Tanyakan pada diri kita sendiri, apakah humor yang kita lontarkan akan menyakiti hati seseorang?
Apakah nuansa dari humor yang akan kita katakan ini positif atau negatif? Apakah kita mengajak semua orang untuk tertawa bersama atau kita mengajak mereka untuk menertawakan seseorang?
Bila tidak berbakat melucu, kita sebaiknya tidak memaksakan diri. Kita cukup menghargai orang yang sedang melucu, ikut tertawa bersama, tanpa merasa perlu menimpali apalagi sampai melontarkan humor yang bersifat sarkasme.
Aaker dan Bagdonas juga menyarankan untuk tidak berfokus pada hal yang lucu, tetapi pada kenyataan-kenyataan yang faktual seperti yang dilakukan para stand up comedian yang memotret hal-hal yang sering kita abaikan.
Tidak semua situasi dapat menggunakan humor. Ketika kita ingin memberi masukan yang tegas, penggunaan humor dapat mengaburkan pesan yang ingin disampaikan.
Bercanda mengenai “bom” di bandara bahkan bisa membuat kita mendapat sanksi. Humor yang berhasil pada satu kelompok sosial, belum tentu berhasil pada kelompok sosial yang lain.
Yang jelas, kita perlu mengingatkan diri untuk memiliki waktu beristirahat dan melemaskan otot-otot kita termasuk otot wajah sekalipun.
“Tertawalah selagi kita bisa karena tertawa adalah obat yang murah.” – Lord Byron
EXPERD, HR Consultant/Konsultan SDM
Diterbitkan di Harian Kompas Karier 14 Oktober 2023