Oleh Eileen Rachman dan Rizkiana Shadewi
Sebelum tahun 1990, Apple dikenal sebagai perangkat yang banyak digunakan kalangan kreatif, bukan sebagai perangkat yang fungsional, melainkan lebih sebagai gadget pelengkap. Mengapa? Orang sering tidak menggunakannya karena sistem operasi Apple tidak sama dengan yang umum dipakai orang.
Semua itu kemudian berubah ketika iklan Apple keluar dengan tagline “Think Different” sebagai reaksi terhadap kampanye IBM yang berbunyi “Think IBM”.
Beberapa tahun kemudian, Steve Jobs mengakui bahwa ia sebenarnya tidak menyukai kampanye itu, tetapi secara intuitif ia sadar bahwa iklan ini akan efektif untuk menaikkan nilai perusahaannya. Dan, ternyata hal itu benar.
Pada masa kini saat data dianggap raja dan banyak keputusan mengandalkan data, kita seolah-olah bergantung dan tidak berkutik bila data belum tersedia.
Di sisi lain, tidak jarang kita temui seseorang yang menjadi terdepan dalam membuka bisnis atau menginisiasi otomasi karena mampu mengendus kebutuhan tertentu dan melihat masa depan bagai cenayang. Terobosan-terobosan seperti ini biasanya menyebabkan perusahaan melesat dengan mencengangkan.
Apa yang membedakan orang-orang ini? Di ilmu psikologi sering digunakan istilah intuisi atau gut instinct yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami sesuatu secara kilat, tanpa melalui proses reasoning yang disadari. Orang sering menyebutnya sebagai indra keenam.
Ada pemimpin yang mengasah judgement-nya setelah pengalaman bertahun-tahun sehingga ia dapat seketika mencerna informasi dan akhirnya mengambil keputusan lebih cepat dari rata-rata manusia normal.
Intuisi ini bukan menebak karena dasarnya tetap informasi yang obyektif dicampur dengan informasi yang subyektif. Intuisi juga bukan reaksi impulsif atau emosional karena dasarnya adalah pengalaman.
Perbedaan orang yang intuitif dengan yang tidak adalah bahwa inner voice-nya bersuara lebih keras sehingga bekerja seperti insting. Dengan memvalidasi keputusannya, ia seolah membuat eksperimen dan mengasah judgement-nya.
Konon, pada 1950-an, Boeing hanya memproduksi pesawat tempur. Lalu Bill Allen yang memimpin Boeing saat itu tiba-tiba menginisiasi pesawat dengan daya terbang yang jauh lebih panjang. Ia meyakinkan pemegang saham untuk menginvestasikan 16 juta dollar AS dan melahirkan Boeing 707 pada 1957.