Indra Keenam

Bayangkan bila Allen hanya menjalankan business as usual dan tidak berani mengambil keputusan karena tidak ada datanya. Jadi, intuisi bisa dikatakan semacam seni. Kita perlu mempercayainya sehingga dengan data yang terbatas sekalipun, kita tetap dapat membuat keputusan yang cepat dan efektif.

Richard Branson, pemilik Virgin Atlantics berkata, “Saya lebih mengandalkan insting daripada meneliti statistik dalam jumlah besar.”

Kecerdasan saja tidak cukup

Pada era perubahan dan tantangan yang tiada henti ini, tuntutan pada seorang pemimpin kian kompleks. Inteligensi konvensional sudah tidak cukup untuk menanggulangi masalah yang bergerak tanpa kejelasan.

Dalam teorinya yang disebut Polyfagal Theory, Prof Stephen Porges menyebut konsep “subtle intelligence” yang merupakan reaksi terhadap sinyal yang datang. Reaksi ini berada di tingkat subsadar kita, seperti ekspresi kaget bila kita hampir jatuh.

Reaksi ini dipengaruhi medula, bagian otak yang secara refleks dan instan memerintahkan kita untuk bertindak tanpa pikir panjang dalam keadaan sehari-hari. Bagian lain dari otak yang bernama serebrum biasanya menggarap masalah yang kita hadapi dengan mengandalkan apa yang kita alami di masa lalu.

Dalam situasi yang kompleks yang sering kali tidak terjangkau oleh akal, kita butuh mengoordinasikan kerja serebrum dengan kelima indra kita. Serebrum yang merupakan seksi analitikal otak dalam proses berpikir perlu dihubungkan ketajaman indra agar mendapatkan jawaban yang lebih holistis.

Inilah yang sering disebut dengan indra keenam. Seperti yang dikatakan Kahlil Gibran, “Ketika  sampai pada akhir dari apa yang mesti diketahui, Anda akan berada pada awal dari apa yang harus rasakan.

Bayangkan, seorang eksekutif yang sedang menjajaki kerja sama dengan satu korporasi besar. Di tengah presentasi, ia merasakan adanya ketegangan dan merasa bahwa presentasinya tidak akan membawakan hasil yang ia inginkan.

Ia membuatnya langsung mempercepat presentasi agar bisa melanjutkan pertemuan one-on-one dengan calon mitranya itu. Di sinilah intuisinya bekerja, dan bisa membawa hasil yang lebih efektif.

Keputusan dalam situasi seperti ini tidak cukup mengandalkan rasionalitas saja. Pemimpin harus berani memanfaatkan intuisinya. Bila ia sering melakukannya, keputusannya akan terasah sehingga ia bisa mengembangkan hubungan yang lebih dalam, menerawang berbagai kemungkinan, dan menciptakan solusi inovatif.

Memahami Syarat Pendirian PT Berdasarkan UU Cipta Kerja

Pendirian Perseroan Terbatas (PT) merupakan langkah penting bagi setiap pelaku usaha di Indonesia yang...

Merapi Merbabu Hotel Yogyakarta, Tawarkan Alam Pegunungan Bernuansa Budaya Jawa

Merapi Merbabu Hotel Yogyakarta merupakan hal nyata dari kenyamanan dan kepraktisan bagi para tamu...

NYDIG Sebut Bitcoin Kini Jadi Kepentingan Politik, Apa Dampaknya Jika Tak Memilikinya?

Investasi Bitcoin bukan lagi sekadar pilihan investasi biasa; kini aset digital ini menjadi kepentingan...

- A word from our sponsor -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here