Oleh Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Perfeksionisme sering dianggap sesuatu yang patut dibanggakan. Banyak perusahaan membanggakan nilai perfeksionisnya sebagai daya jual utama. Memang banyak pelanggan yang melihatnya sebagai tanda kedisiplinan, fokus, dan tekad kuat sehingga mengangkat reliabilitas dan kredibilitas perusahaan.
Namun, di balik situasi itu, kita sering melihat gejala perfeksionisme justru menjadi hambatan dalam kemajuan perusahaan, apalagi inovasi. Perfeksionisme bisa menjadi beban berat yang menyebabkan kelelahan karyawan, rasa tidak pernah puas, dan menumbuhkan perasaan kinerja kita tidak cukup baik.
Steve Jobs, misalnya, dikenal sebagai seorang perfeksionis. Ini diakui sebagai salah satu faktor yang membuat Apple menjadi perusahaan inovatif dan sukses.
Namun, sifat perfeksionismenya tidak selalu memberikan dampak positif. Dalam beberapa kasus, perfeksionisme Jobs justru menghambat kinerja Apple dan mengakibatkan tantangan serius di dalam perusahaan.
Perfeksionisme Jobs acap membuat pengembangan produk berjalan lebih lambat. Misalnya, Jobs sangat terobsesi dengan desain layar kaca iPhone. Dia memaksa timnya untuk menemukan cara menggunakan kaca yang lebih tahan lama.
Perfeksionismenya menyebabkan penundaan dalam proses produksi karena pencarian bahan yang sesuai dan pengembangan teknologi untuk membuatnya.
Perfeksionisme Jobs memang mendorong Apple menuju puncak inovasi, tetapi keadaan ini bukanlah sesuatu tanpa biaya. Sikapnya yang sangat kritis dan obsesif terhadap detail, sering menghambat kemajuan, menciptakan ketegangan dalam tim, dan menyebabkan penundaan yang mungkin bisa dihindari.
Sementara banyak orang mengagumi dedikasinya terhadap kesempurnaan, ada pelajaran penting dari kisah Jobs: terkadang, mengejar kesempurnaan yang mutlak justru bisa menjadi penghalang bagi pertumbuhan dan kemajuan.
Standar terlalu tinggi
Banyak orang mengira perfeksionisme selalu berakhir dengan kesuksesan. Seorang perfeksionis mungkin beranggapan, standar yang tinggi mendorong mereka bekerja lebih baik.
Pada dasarnya, perfeksionisme adalah keyakinan bahwa seseorang harus mencapai standar yang sangat tinggi dan tidak realistis di segala aspek kehidupan.