Oleh Eileen Rachman dan Rizkiana Shadewi
Personality assessment sudah bukan hal yang asing di bidang SDM. Para profesional SDM kerap menggunakannya dalam proses rekrutmen, untuk mengidentifikasi kecenderungan perilaku kandidat. Tujuannya tentu agar dapat memilih kandidat yang tepat untuk menempati posisi jabatan tertentu.
Tidak jarang, personality assessment juga dijadikan sebagai dasar untuk menumbuhkan self awareness dalam proses pengembangan karyawan. Dengan memahami karakteristik pribadi, seseorang bisa mendapat insight tentang kecenderungan perilakunya yang mendukung atau menghambat kinerja. Dengan demikian, ia dapat menyusun program pengembangan diri yang efektif.
Dua perspektif kepribadian
Kepribadian sendiri dapat dimaknai dari dua perspektif yang berbeda.
Pertama, sebagai individual differences, yang menitikberatkan pada perbedaan antara satu orang dengan orang yang lain. Setiap orang memiliki keunikan masing-masing, baik dari segi karakter maupun motivasi. Keberbedaan inilah yang menjadi ciri kepribadian kita.
Kedua, kepribadian juga dapat dilihat sebagai universal themes, yang menekankan pada persamaan dari berbagai orang di lingkungan tertentu. Konteks budaya saat seseorang lahir dan dibesarkan memengaruhi bagaimana kecenderungan perilakunya dan nilai apa yang ia anggap penting. Kesamaan ini pun menjadi ciri kepribadian kita.
Dua perspektif itu juga dapat kita amati di Indonesia. Beragamnya tantangan antara satu organisasi dan organisasi lain menyebabkan adanya variasi kepribadian individu di lingkungan organisasi yang berbeda. Budaya negara kita pun sedikit banyak tergambar dalam karakter SDM di Indonesia secara umum.
Berdasarkan hasil Hogan personality assessment, EXPERD melakukan pemetaan terhadap profil kepribadian tenaga kerja di Indonesia.
Personality = keunikan individu
Mengenali kepribadian manusia dalam organisasi merupakan amunisi untuk meningkatkan kinerja individu maupun organisasi. Orang dengan karakteristik dan gaya kerja tertentu akan lebih sesuai dan lebih mudah untuk melakukan pekerjaan di satu bidang.
Di sisi lain, menempatkannya di bidang yang tidak tepat mungkin akan berdampak pada timbulnya berbagai kendala. Mulai dari sulitnya adaptasi gaya kerja dengan tuntutan jabatan, sampai turunnya motivasi karena harus melakukan tugas yang tidak sesuai dengan nilai pribadinya.
Kepribadian tertentu bisa membantu seseorang untuk menonjol di suatu posisi. Orang dengan ambition tinggi yang kompetitif, dan kebetulan senang mengambil peran sebagai pemimpin akan tampak menonjol di posisi eksekutif. Ini akan memberinya kesempatan mengarahkan banyak pihak untuk merealisasikan target yang menantang.