3. Sertifikasi di bidang teknologi sangat dihargai oleh pemberi kerja, berfungsi sebagai validasi keahlian.
4. Organisasi mengakui keuntungan merekrut dan mempertahankan staf dengan bakat yang beragam untuk membantu mengatasi kekurangan keterampilan, tetapi melakukan hal itu tentu membawa tantangan.
Realitas yang Menghabiskan Banyak Biaya Akibat Melebarnya Kesenjangan Keterampilan Keamanan Siber
Secara global diperkirakan dibutuhkan sebanyak 3.4 juta profesional untuk mengisi kesenjangan tenaga kerja keamanan siber.
Pada saat yang sama, Laporan Kesenjangan Keterampilan Keamanan Siber Global 2023 menemukan bahwa antara 2021 hingga 2022 jumlah organisasi Indonesia yang mengalami lima atau lebih penerobosan meningkat sebesar 48%.
Jumlah ini lebih rendah dibandingkan dengan angka secara global yaitu 53% organisasi. Salah satu sebabnya adalah banyak tim keamanan siber dengan jumlah staf terbatas, terbebani dan tegang saat mereka mencoba untuk memantau ribuan peringatan ancaman setiap hari dan mencoba mengelola solusi yang berbeda untuk melindungi perangkat dan data organisasi mereka dengan benar.
Selain itu, sebagai akibat dari tidak terisinya jabatan di bidang TI karena kekurangan keterampilan siber, laporan tersebut juga menemukan bahwa 82% organisasi di Indonesia mengindikasikan bahwa mereka menghadapi risiko siber tambahan.
Temuan lain yang menyoroti peningkatan risiko siber yang sebagian dapat dikaitkan dengan kurangnya jumlah ahli adalah:
Gangguan keamanan meningkat: Salah satu risiko siber yang dihasilkan adalah peningkatan penerobosan, dengan 94% organisasi lokal mengalami satu atau lebih gangguan keamanan siber dalam 12 bulan terakhir, naik dari 72% organisasi di tahun lalu.