Makin banyak organisasi yang terkena dampak finansial akibat penerobosan: Lebih dari 66% organisasi lokal mengalami penerobosan dalam 12 bulan terakhir yang menghabiskan biaya lebih dari US$1 juta untuk memulihkannya.
Secara global, ada hampir 50% mengalami serangan semacam itu, meningkat dari 38 % organisasi dibandingkan dengan laporan tahun lalu.
Serangan siber akan terus meningkat: Pada saat yang sama, 66% organisasi lokal memperkirakan jumlah serangan siber akan meningkat selama 12 bulan ke depan, yang semakin menambah kebutuhan untuk mengisi posisi krusial di bidang siber untuk membantu memperkuat postur keamanan organisasi.
Perkiraan organisasi di Indonesia tentang serangan siber tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan organisasi secara global (65%).
Kesenjangan keterampilan menjadi perhatian utama dewan direksi: Laporan tersebut menunjukkan bahwa semua dewan direksi di Indonesia menanyakan bagaimana organisasi dapat melindungi diri dari serangan siber.
Pada saat yang sama, 87% dewan direksi di perusahaan Indonesia mendorong kebijakan mempekerjakan lebih banyak staf keamanan TI, dengan penekanan pada kebutuhan ahli keamanan siber.
Jabatan yang paling sulit diisi dalam keamanan siber: Jabatan dalam bidang operasi keamanan (56%), keamanan cloud (48%), diikuti oleh keamanan pengembangan perangkat lunak (40%) adalah yang paling sulit diisi di Indonesia.
Meningkatkan Keterampilan Profesional Keamanan dan Menciptakan Lebih Banyak Ahli Melalui Pelatihan
Laporan tersebut juga menyarankan agar perusahaan pemberi kerja menyadari bagaimana pelatihan dan sertifikasi dapat bermanfaat bagi organisasi mereka dalam mengatasi kesenjangan keterampilan, yang juga menguntungkan siapa pun yang ingin lebih maju dalam profesi keamanan siber mereka saat ini, serta bagi individu yang mempertimbangkan untuk beralih ke bidang ini.