Seperti yang kita ketahui, Komite Pasar Terbuka Federal, atau FOMC, telah mengadakan rapat pada awal November. Dalam rapat tersebut diputuskan pemangkasan suku bunga acuan di AS sebesar 25 bps, menjadi 4,75%. Kebijakan ini sesuai dengan harapan pelaku pasar yang ingin suku bunga berada di level yang lebih bersahabat sejak kebijakan suku bunga tinggi ini bertahan selama lebih dari 1 tahun.
Pada konferensi pers setelah pertemuan FOMC ini, Jerome Powell menegaskan jika proses penurunan suku bunga merupakan langkah awal yang tepat dan perlu diambil dalam rangka mengkalibrasi ulang kebijakan moneter mengingat kondisi ekonomi yang terus berkembang, yang artinya komponen makro ekonomi saat ini menunjukan tanda-tanda perbaikan dibandingkan 2 tahun yang lalu ketika kebijakan suku bunga tinggi diambil.
The Fed menilai inflasi sudah menunjukkan tanda-tanda penurunan dan menuju ke angka target inflasi The Fed yaitu 2%. The Fed juga menggarisbawahi risiko yang akan timbul jika suku bunga ditahan lebih lama. The Fed terlihat ingin menyeimbangkan stabilitas harga, penyerapan dan pertumbuhan gaji tenaga kerja dengan kebijakan moneter AS.
Faktanya, kemajuan dalam mengatasi inflasi dan mendinginnya pasar tenaga kerja telah muncul jauh lebih cepat daripada yang dibayangkan sebelumnya khususnya di awal musim panas tahun ini. Normalisasi kebijakan moneter lebih cepat ini akan mengembalikan kepercayaan pasar mengingat pasar telah dibebani dengan kebijakan moneter agresif padahal inflasi sudah mulai terkendali.
Faktor paling penting bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga adalah adalah inflasi yang sudah berada di bawah 3%. Inflasi ini sempat menyentuh angka 9,1% secara tahunan pada Juni 2022. Angka inflasi ini merupakan yang tertinggi sejak Januari 1982 atau 5 dekade yang lalu.
Dalam pandangan The Fed inflasi ini turun lebih cepat dari yang mereka perkirakan maka tidak heran jika pada pertemuan FOMC yang dilaksanakan di bulan September suku bunga dipangkas 50 bps, padahal pasar sudah mengantisipasi pemangkasan 25 bps. Sebelumnya angka inflasi PCE sudah berada di 2,5% yoy, suatu angka terendah sejak musim semi 2021.
Angka ini sebenarnya sudah masuk target inflasi The Fed yang berada di 2,00% dengan toleransi sampai 2,3% – 2,5%. Perhitungan inflasi menurut PCE inti bahkan sudah menyentuh 1,7%.
Selain inflasi, The Fed juga memperhatikan dengan seksama pasar ketenagakerjaan AS. Di sisi ketenagakerjaan, jelas pertumbuhan pekerjaan yang sangat pesat setelah pandemi mulai mereda. Pandemi Covid-19 memang membuat roda perekonomian AS lumpuh total. Berbagai bisnis tutup dan harus mengurangi karyawan.
Setelah pandemi mulai terkendali bisnis di AS booming dan haus akan tenaga kerja. Beberapa bisnis bahkan mengimingi-imingi siapa saja yang datang dalam proses wawancara.
Penyerapan tenaga kerja sangat pesat, suatu fenomena yang belum pernah muncul sejak usainya perang dunia kedua. Setelah bisnis di AS menemukan ritmenya, penyerapan tenaga kerja ini mulai melemah. Meski demikian, pasar tenaga kerja yang melemah ini tidaklah melambat.