Kekuatan Nilai

Oleh Eileen Rachman dan Emilia Jakob

Semenjak pendidikan dasar sekolah, kita sudah diperkenalkan dengan nilai-nilai yang mendasari negara ini. Dimulai dari sekadar menghafalnya tanpa memahami maknanya. Kemudian memperdalam seiring dengan bertambahnya usia dan jenjang pendidikan dengan pemahaman butir-butir perilaku yang menunjukkan implementasi nilai itu dalam kehidupan sehari-hari.

Hingga membedah setiap nilai secara mendalam pada beragam aspek kehidupan berbangsa dan bernegara ketika kita memasuki tingkat pendidikan tinggi. Bagi para aparatur sipil negara, nilai-nilai ini juga menjadi pendidikan wajib masa orientasi kepegawaian mereka karena nilai ini dianggap sebagai “ruh” yang mengisi jiwa bangsa Indonesia.

Dalam kehidupan berorganisasi pun, hampir semua organisasi besar yang sudah mapan memiliki nilai-nilai organisasi yang disusun para founding fathers. Nilai-nilai diperkenalkan kepada setiap individu baru yang akan bergabung dengan organisasi dan ada dalam setiap halaman profil organisasi.

Namun, dengan semua usaha melakukan internalisasi nilai yang ada, apakah nilai-nilai ini menjadi sesuatu yang nice to have? Ada di dinding-dinding kelas, perkantoran, ataukah sudah benar-benar merasuk ke sanubari setiap individu yang ada?

Sudahkah menjadi dasar bagi setiap pemikiran, pertimbangan, dan perilaku individu, karyawan, maupun aparatur dalam mengambil keputusan dan membuat kebijakan?

Nilai yang sederhana dengan indikator perilaku yang jelas akan membuat implementasi lebih mudah sehingga memperkecil kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan. Penghayatan nilai oleh seluruh insan yang ada di dalamnya sangatlah penting karena ia menjadi pengikat agar setiap orang dapat bergerak ke arah yang sama.

Ibarat berada dalam perahu dan harus mendayung bersama. Bila arah yang dituju tidak jelas, masing-masing bergerak dengan keinginannya sendiri, perahu pun tidak bergerak ke mana-mana.

Nilai juga bisa memagari perilaku agar tetap berada di jalur yang benar. Dalam situasi dilematis, kekuatan nilai akan menjadi pelita yang menerangi pengambilan keputusan yang dilakukan agar tetap sejalan dengan misi luhur organisasi.

Tidak peduli apa yang akan dikatakan pemangku kepentingan (stakeholders), selama berkomitmen mengikuti apa yang digariskan nilai-nilai organisasi, kita pasti tetap mampu berdiri tegak mempertanggungjawabkan keputusan yang diambil.

Meski demikian, dalam dunia bisnis yang mengutamakan keuntungan, kita akan bertanya, bagaimana nilai-nilai luhur ini dapat meningkatkan laba perusahaan? Ketika kompetitor berani melakukan tindakan-tindakan licin demi meningkatkan laba perusahaan, bagaimana kita akan tetap bertahan dengan nilai yang ada?

Budaya Pangan Nusantara Selaras Alam dan Kebutuhan Gizi

Dengan begitu banyaknya etnis di Indonesia, tidak mengherankan jika bangsa kita memiliki begitu banyak...

Bejo Jahe Merah Gunakan Detektor Canggih untuk Deteksi Jenis Masuk Angin 

Musim pancaroba dan hujan tahun ini dibuka dengan meriah oleh Bejo Jahe Merah sebagai solusi herbal...

Hisense Meningkatkan Layanan Purna Jual dan Membuka Exclusive Service Center di Jakarta Timur

Jakarta, 18 Desember 2024 – Hisense kembali membuka exclusive service center yang kali ini berada...

- A word from our sponsor -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here