Kuliah jurusan otomotif sambil mencetak prestasi di dunia balap? Ini bukan hal yang mustahil, lho! Soalnya, ada Syaukat Takuma Soejatmo–mahasiswa jurusan Automotive Robotic Engineering di BINUS ASO School of Engineering–berhasil menempati podium Mandalika Festival of Speed BMWM2 yang diadakan pada 11-13 Oktober 2024 lalu.
Siapa sangka, ternyata perjalanannya penuh lika-liku dan pengorbanan. Tapi, bagaimana dia bisa sukses? Simak kisahnya di sini, yuk!
Awal Mula Cinta pada Dunia Balap
Karena terlahir di keluarga yang mayoritas anggotanya terdiri dari pembalap, wajar kalau Takuma sudah mencintai dunia otomotif sejak kecil. Bahkan, ia memiliki hubungan dengan Tinton Suprapto, pembalap sepeda legendaris Indonesia yang memprakarsai berdirinya Sirkuit Internasional Sentul pada tahun 1990.
Karena koneksi yang kuat itulah, banyak orang sempat berpikir kalau jalannya akan mulus dengan bantuan dari anggota keluarganya. Tapi, kenyataannya, nama besar itu bukan jaminan. Justru, Takuma harus memulai segalanya dari nol.
“Orang kira karena keluarga saya, saya dapat kemudahan untuk balapan,” katanya sambil tertawa. Padahal, Takuma mengawali mimpinya lewat simulator balapan. Di sinilah ia belajar teknik dasar mengemudi dan strategi balap. Namun, tentunya menggunakan program simulator ini tidaklah gratis karena dia butuh biaya yang cukup signifikan.
Untuk latihan lebih lanjut, Takuma bahkan harus bekerja paruh waktu sebagai event organizer. Ia rela mengatur berbagai acara demi mengumpulkan dana agar bisa menyewa lintasan dan mobil balap sungguhan.
Bahkan, ia juga harus pintar-pintar membagi waktu antara kuliah, pekerjaan paruh waktunya, dan tentunya latihan untuk mengasah kemampuan balapannya.
Peran Pendidikan dalam Perjalanan Karier
Takuma merasa bersyukur menjadi bagian dari BINUS ASO School of Engineering. Di jurusan Automotive Robotic Engineering, ia mendapatkan pengetahuan mendalam soal mesin dan teknologi otomotif. Hal ini memberikan keunggulan tersendiri saat ia terjun ke dunia balap.
“Sebagai pembalap, saya nggak cuma harus tahu cara mengemudi. Saya juga perlu paham mesin mobil yang digunakan. Jadi, kalau ada masalah, saya bisa cepat ambil keputusan,” jelasnya.
Selama berkuliah, ia juga memanfaatkan laboratorium kampus untuk mempelajari aerodinamika mobil balap dan bagaimana teknologi robotik serta Internet of Things (IoT) bisa meningkatkan performa kendaraan.