Ketiga, menyadari dan menghindari bisa: bermodalkan self awareness yang tinggi, seorang pemimpin inklusif perlu menjaga permainan yang adil dengan berpatokan pada hasil, efisiensi proses, dan menjaga agar komunikasi tetap lancar.
Keempat, Inteligensi budaya: seorang pemimpin masa depan perlu melenturkan kemampuannya untuk mempelajari budaya lain dan menginternalisasikannya dalam kehidupan kita.
Beberapa ahli bahkan menyebutkan CQ (Cultural Intelligence) akan berperan dalam kepemimpinan masa depan. CQ ini terdiri dari motivasi untuk “engage” dalam budaya lain, kognitif dan metakognitif untuk menyerap norma, kebiasaan kultural, serta kemampuan untuk mengadaptasikan diri dan tingkah lakunya dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal dalam interaksi cross cultural.
Kelima, kolaborasi: pemimpin inklusif harus dapat menguatkan anggota timnya dan mendorong timnya untuk selalu kompak bekerjasama. “The new IQ is based more on group intelligence,” kata Bruce Stewart, pejabat manajemen personel Pemerintah Amerika.
Bila IQ sebelumnya mengukur kecerdasan perorangan, IQ kelompok berfokus pada seberapa mampu anda memimpin kelompok.
Kelima karakter tadi dapat dijadikan dasar ketika Anda melakukan strategic alignment, rekrutmen, manajemen kinerja, menyusun program pengembangan, dan kegiatan manajemen perusahaan lainnya.
EXPERD, HR Consultant/Konsultan SDM
Diterbitkan di Harian Kompas Karier 25 Juni 2022