Kepercayaan diri yang senyap
Beberapa riset menunjukkan bahwa kerendahan hati adalah komponen yang paling dekat dengan kualitas positif kepribadian, seperti ketulusan, fairness, dan kejujuran. Selain itu, kerendahan hati ini sama sekali tidak bertentangan dengan kekuatan dan keberanian.
Bahkan, pemimpin yang sering tampil heboh ternyata belum tentu menginspirasikan trust, cooperation, dan commitment. Betapa sering kita melihat pemimpin yang berusaha mendorong tim untuk bicara, tetapi tetap saja hanya beberapa yang bersuara.
Jadi, bila ingin memeriksa diri sendiri apakah kita tergolong pemimpin yang rendah hati, kita dapat berefleksi melalui pertanyaan-pertanyaan di bawah ini. Tentu jawabnya haru meluncur dari hati yang jujur dan autentik.
Apakah kita menghargai orang lain?
Adakah pihak-pihak tertentu yang merasa terintimidasi dan kerap menjadi sasaran emosi kita?
Apakah kita mengakui kesalahan/kekurangan kita dengan tulus?
Apakah kita menerima umpan balik konstruktif dan berusaha memperbaiki diri?
Apakah kita menolong bawahan untuk mengembangkan diri, atau terus mengeluhkan bahwa mereka yang enggan berkembang?
Mengapa sulit untuk rendah hati?
Apakah gaya kepemimpinan dominan seperti Elon Musk benar-benar efektif bagi kemajuan organisasi? Apakah seorang individu tidak bisa rendah hati sekaligus ambisius? Apakah kita tidak bisa kompetitif tapi sekaligus bersahabat dengan para kompetitor kita?
Belakangan ini muncul istilah humbition yang menggambarkan sosok pemimpin yang humble sekaligus juga ambisius. Pak Jokowi boleh dibilang contoh pemimpin yang menampilkan sikap ini. Tanpa perlu banyak berkoar-koar, ia menunjukkan kerja nyatanya membangun infrastruktur Indonesia timur yang banyak diabaikan para pemimpin sebelumnya.
Meskipun sering dihujat lawan-lawan politiknya, ia tetap tenang dan semakin dihormati oleh para pemimpin dunia lainnya. Pemimpin humbitious ini berfokus pada kerja, bukan sekedar menampilkan citra belaka. “They seek success—they are ambitious—but they are humbled when it arrives…. They feel lucky, not all-powerful”.
Edgar Schein dalam bukunya Humble Inquiry mengatakan, kita hidup di dunia dengan ego mendapat banyak perhatian, tetapi kerendahan hati mendapatkan hasil. Ia menyebut juga bahwa kerendahan hati yang efektif adalah situasi ketika pemimpin menunjukkan sikap bahwa saya tergantung padamu, tetapi di lain pihak saya pun punya kemandirian dan pilihan.