Kembali Gelar Gathering & Virtual Tour di Kota Bandung
Untuk kali kedua, Korea Tourism Organization (KTO) Jakarta menggelar gathering and virtual tour ke biro perjalanan Indonesia. Kota Bandung menjadi kesempatan kedua setelah sebelumnya digelar di Jakarta.
Dwita Rizki Nientyas, Marketing Manager KTO Jakarta mengungkapkan, melalui event gathering dan virtual tour yang berlangsung di The Trans Luxury Hotel, Bandung, pada (10/09/2021) ini, pihaknya ingin membangun jaringan dan silahturahmi antara agen perjalanan Korea Selatan dengan dengan stakeholder pariwisata di kawasan Bandung dan Indonesia pada umumnya.
Ia menjelaskan, Korea Selatan, dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan umat muslim yang meningkat, baik dari penduduk asli maupun pendatang serta orang asing yang menetap disana.
“Semakin meningkatnya pertumbuhan muslim tersebut juga berdampak berkembangnya lembaga, infrastruktur pelayaan publik serta berbagai ragam industri yang ramah muslim yang dikenal dengan istilah Muslim Friendly,” terang Kiki.
Gathering dan virtual tour kali ini juga menyampaikan kondisi ter-update Negeri Gingseng, meskipun saat ini Korea masih menutup border-nya untuk semua turis asing termasuk Indonesia sebagai upaya untuk mengendalikan pandemi Covid-19 di sana.
“Tapi Pemerintahan Korea terus melakukan campaign Our Hearts are Always Open, yang berarti mereka akan selalu menunggu kedatangan turis dengan tangan terbuka walau kondisi border saat ini ditutup,” jelas Kiki.
Korea Selatan Tingkatkan Fasilitas Muslim Friendly
Kampanye Muslim Friendly Korea sangat signifikan hubungannya dengan penduduk Indonesia yang mayoritas muslim, belakangan ini turis Indonesia juga sangat kritis menanyakan tentang fasilitas ramah muslim di Korea.
“Kami dari KTO Jakarta melakukan sosialisasi bahwa Korea terus berusaha melakukan perbaikan dlam mengakomodir wisatawan muslim dan mudah-mudahan pesan ini bisa sampai ke target wisatawan muslim kami,” ujar Dwita Rizki Nientyas.
Korea Selatan melalui KTO menyampaikan, bahwa pembangunan fasilitas muslim friendly terus ditingkatkan, antaranya tempat ibadah di berbagai tujuan wisata, hotel berbagai bintang, pusat perbelanjaan, bandara dan lainnya.
“Ini merupakan bukti keseriusan pemerintah Korea dalam menggaet dan memikat wisatawan muslim dari Indonesia yang terbukti salah satu negara pengirim wisatawan terbesar ke Korea,” jelasnya.
Korea telah memiliki 15 tempat beribadah bagi muslim dan muslimah yang tersebar dan 1 Masjid Agug, tempat ibadah yang tidak permanen pun sudah ada di fasilitas umum seperti bandara, hotel, information central, tempat perbelanjaan, tour spot dan lain-lain, sehingga kaum muslim tidak akan kesulitan menemukan saat akan melakukan ibadah.
Mengedukasi Wisatawan Muslim Ketika di Korea
Keseriusan Pemerintahan Korea akan Muslim Friendly dengan mengagendakan event yakni “Korea Restaurant Week Korea”. Salah satu kampanye untuk mengatasi kendala dan kesulitan yang biasa dialami wisatawan muslim ketika berwisata di Korea, terutama ßkendala mencari makanan halal.
“KTO telah mengklasifikasikan restoran ramah Muslim ke dalam empat kategori sejak 2016, supaya wisatawan Muslim semakin yakin dan mudah dalam memilih makanan selama berwisata di Korea,” urai Kiki.
Di tempat yang sama, Hanz Wibowo, dari Hall36 Tour & Travel mengatakan, sebagai pelaku agen perjalanan wisata ke Korea mengungkapkan, sebelum pandemi Covid-19 pasarnya bagus banget, secara budget cenderung lebih ekonomis bahkan bisa dibilang murah bila dibandingkan dengan budget wisata negara lain di Asia.
“Kewajiban kita harus bisa mengedukasi ke customer, terutama dalam membedakan trip dan fasilitas makanan yang didapat. Terutama makanan no pork dan halal, harus paham sekali mengenai hal tersebut,” ujar Hanz yang menjabat sebagai Managing Director dan Travel Consultant.
Ia menambahkan, meskipun suatu restauran telah mencantumkan logo pork free yang biasa menyediakan makanan olahan daging ayam atau daging sapi, dirinya pun harus mengetahui cara mengelolanya seperti cara menyembelih, cara memasaknya apakah menggunakan alat masak bercampur dengan olahan yang tidak halal.
Edukasi lainnya, seperti mengapa tur halal ke Korea bujetnya lebih mahal 3 kali lipat dari paket tur biasa? Karena memang untuk mendapat sertifikasi halal dari MUI-nya Korea sudah mahal biayanya.
Hal tersebut untuk memastikan dan menjamin kehalalan suatu makanan yang akan dikonsumsi wisatawan muslim yang tidak bisa dianggap enteng di Korea Selatan. “Ini menyangkut kepercayaan wisatawan, sehingga Pemerintahan Korea benar-benar berupaya dan serius menanganinya,” pungkas Hanz Bowo.