Krisis Nurani

Masyarakat kita terdiri atas berbagai latar belakang, nilai, dan kepentingan. Namun, kesadaran tentang apa yang benar dan yang salah ada dalam hati setiap orang dan berlaku universal. Mengambil sesuatu yang bukan milik kita, menyakiti makhluk lain dengan sengaja, pastinya dianggap perbuatan yang harus dihindari dalam ajaran agama dan suku budaya apa pun.

Menolong mereka yang kesulitan, berbagi dengan yang membutuhkan adalah sikap yang dinilai baik oleh seluruh manusia.

Mencegah matinya nurani

Semenjak kecil, pelajaran moral Pancasila, nilai-nilai luhur dari pendidikan agama, dimaksudkan untuk memupuk dan mengembangkan suara nurani kita agar menjadi kompas dalam mengambil keputusan-keputusan yang tepat di tengah dilema moral dalam kehidupan kita.

Walaupun semua orang tahu bahwa pengembangan nurani dimulai dari rumah, sebagai pemimpin kita tidak boleh mengabaikan pengembangan nurani para bawahan kita. Apakah mereka dapat menjalankan aturan organisasi yang ada? Apakah mereka peduli pada kesulitan orang lain? Apakah mereka resah bila melakukan kesalahan? Apakah mereka memiliki kontrol diri yang kuat?

Kita harus mengingat bahwa nurani adalah fondasi dari karakter. Para pemimpin tetap harus memberi contoh dan praktik mengenai kebajikan, kejujuran, sikap adil, dan bertanggung jawab.

Atasan juga perlu mengamati keraguan bawahan dan berdialog saat menghadapi situasi-situasi dilematis maupun konflik untuk membantu mereka melakukan interpretasi yang tepat terhadap situasi yang terjadi.

Penerapan hukuman secara hitam-putih tanpa dialog akan menghalangi pengembangan nurani anak buah. Suara nurani sangat halus, kita pun harus menanganinya secara hati-hati.

Banyak organisasi memberikan panduan yang jelas kepada para insan di dalamnya mengenai perilaku-perilaku yang diharapkan untuk muncul dalam kehidupan berorganisasi. Komitmen untuk menjalankan panduan ini tentunya perlu didorong dalam dialog antara atasan dan bawahan sehingga karyawan memahami nilai-nilai luhur di balik panduan tersebut.

Pemahaman itu dapat mendorong mereka menjalankan panduan dengan sepenuh hati karena menyadari bahwa hal itu tidak sekadar untuk memenuhi tuntutan organisasi, tetapi juga memang baik bagi diri pribadinya.

Suara nurani sebetulnya tidak ada di permukaan kesadaran. Yang ada adalah rasa bersalah, khawatir, atau justru kelegaan setelah kita mengambil keputusan yang tepat dalam situasi yang dilematis.

Semakin sering kita mengambil keputusan yang sejalan dengan nurani kita, semakin kuat suara itu berbicara dalam diri kita. Kita pun akan semakin ringan dalam membuat keputusan yang sejalan dengannya.

Umana Bali, LXR Rayakan Ulang Tahun Pertama dengan Perayaan Spesial Selama 3 Hari

Umana Bali, properti dari LXR Hotels & Resorts, baru saja merayakan ulang tahun pertamanya...

89% Generasi Milenial dan Gen Z Optimis pada Masa Depan

Meskipun Keduanya Mengkhawatirkan Pekerjaan, Pendidikan, dan KesehatanDi Indonesia, ketika berbicara terkait masa depan Generasi...

Kenalkan AI dalam Strategi Digital Marketing, MAXY Academy Gelar Webinar SEO dengan AI Gratis

Surabaya, 18 November 2024 – "SEO bukan hanya soal kata kunci, tetapi bagaimana kita...

- A word from our sponsor -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here