Oleh Eileen Rachman & Emilia Jakob
Memasuki masa endemi saat ini, banyak organisasi mulai kembali menata manajemen perusahaannya agar lebih sesuai dengan situasi yang tentunya sudah banyak berubah bila dibandingkan dengan sebelum pandemi.
Ada organisasi yang merasa bahwa back to normal adalah the new normal sehingga memutuskan bahwa operasional organisasi perlu berjalan kembali seperti masa-masa sebelum pandemi. Namun, kita tidak bisa mengabaikan kebiasaan-kebiasaan baru yang sudah membentuk para karyawan sebagai dampak dari adaptasi terhadap situasi pandemi tiga tahun terakhir ini.
Banyak metode bekerja pun yang sudah berubah, menyesuaikan pada kebutuhan pandemi kemarin yang tidak dapat serta merta diubah kembali seperti sebelumnya.
Saat ini, tempat dan suasana kerja yang lebih sehat sudah menjadi suatu kebutuhan bagi para karyawan. Bila ingin membangun tempat kerja yang berkualitas dan mendorong produktivitas karyawan, perspektif kita terhadap manajemen organisasi pun perlu disesuaikan dengan ekosistem dunia kerja pascapandemi yang sudah berubah ini.
Organisasi perlu memutar otak bagaimana dapat memberikan lebih banyak ruang terbuka bagi para karyawan dan menjamin kebersihan setiap ruangan sesuai dengan standar kesehatan yang baru.
Tantangan setiap organisasi adalah mengambil lesson learned dari masa pandemi kemarin dan mentransfomasikannya pada masa sekarang. Sebelum pandemi, bekerja jarak jauh ataupun hibrida bukan sesuatu yang lazim.
Namun, ketika pandemi berkecamuk, kita dipaksa melakukannya sambil tetap menjaga produktivitas dan efisiensi seluruh sumber daya yang kita miliki. Apakah pada masa endemi ini kita akan kembali pada suasana kerja lama?
Dalam studi yang dilakukan Culture Shift dan Harvard Business Review ditemukan bahwa 20 persen karyawan menginginkan bekerja dari rumah secara penuh waktu, sementara sisanya ingin memiliki pilihan untuk dapat menentukan sendiri kapan mereka perlu bekerja dari kantor dan kapan dapat bekerja dari rumah.
Kita juga sudah tidak bisa hanya mendengung-dengungkan “growth mindset” di seputar organisasi tanpa aksi nyata. Setiap orang perlu bersiap membuat contingency plan-nya. Rapat kerja yang setahun sekali saat ini terasa sudah obsolete. “The post-pandemic workplace is much more well-suited to an ever-changing routine and the need for prevention, rather than action.”
Revolusi keterampilan
Kita semua tahu bahwa disrupsi dalam bentuk automasi dan digitalisasi sudah tidak main-main. Para profesional yang sudah terkenal piawai pun tetap harus meningkatkan keterampilan mereka bila tidak ingin ketinggalan.