Akses ke bahan pembelajaran pun sudah berubah. Sekarang, kita dapat mencari bahan pembelajaran secara mandiri dengan akses ke mana saja, dari mana saja.
Bagaimana bila kita selalu merasa tidak memiliki waktu untuk belajar? Pertama, kita perlu meninjau kembali pandangan kita tentang proses belajar. Josh Bersin, pendiri Bersin anak perusahaan Deloitte, menyebutkan, proses belajar di tempat kerja sebagai learning in the flow of work.
Dalam metode heutagogy, kita dapat belajar sambil bekerja, dari bagaimana menangani proyek dengan efektif, sampai pada berkolaborasi dan menangani konflik di tempat kerja.
Kita dapat mengintegrasikan kegiatan belajar dengan kegiatan sehari-hari. Ketika bertemu orang baru, kita menanamkan mindset, “Apa yang dapat saya pelajari dalam interaksi ini? Insight apa yang dapat saya terapkan dalam pekerjaan sehari-hari?”
Kita juga dapat berdiskusi dengan rekan kerja, menjadwalkan membaca buku setiap malam, menonton video-video yang relevan, ataupun mendengarkan podcast pada saat saat berolahraga. Ini semua adalah kegiatan belajar. Tantangan kita adalah membuatnya menjadi kebiasaan dan kegemaran yang tidak bisa ditinggalkan.
Evaluasi pembelajaran
Tentunya kita juga perlu menetapkan target pembelajaran, baik secara tahunan, semesteran, maupun triwulan. Oleh karena itu, kita dapat mengevaluasi kemajuan pembelajaran kita, serta melihat apakah metode yang kita lakukan sudah tepat untuk mendapatkan materi pembelajaran dan mencapai target yang ditetapkan.
Bagaimana kita bisa lebih efektif lagi dalam proses pembelajaran yang kita lakukan adakah sumber-sumber pembelajaran yang belum kita optimalkan.
Memiliki banyak informasi sampai dikenal sebagai “mr/ms know it all” belum dapat dikatakan sebagai pembelajar yang efektif. Kita perlu mengolah informasi yang kita miliki sampai mendapatkan insight yang bermanfaat dan dapat menjawab pertanyaan: so what, what’s next?
Kita perlu sampai mencapai “aha moments” agar ilmu atau keterampilan yang kita pelajari itu benar-benar menjadi bagian dari diri kita. Go for quality, not quantity.
Tim Brown CEO dari IDEO, sebuah lembaga yang berfokus pada kreativitas, mengemukakan konsep T-shaped person. Untuk menguatkan otot-otot rasa ingin tahu, kita perlu melakukan variasi antara keterampilan yang bersifat teknis dan nonteknis (soft skills).