Memadukan hobi dan profesi dapat menjadi salah satu alternatif dalam memilih bidang perkerjaan. Traveling dan mengabadikan dalam sebuah foto, juga menuliskannya menjadi sebuah laporan atau cerita, bisa menjadi pekerjaan yang passionate.
Setidaknya itu yang terungkap dalam webinar series yang diselenggarakan Padusi.id yang bertajuk ”Traveling & Writing: Memadukan Hobi dan Profesi”, Sabtu,10 Juli 2021 lalu.
Leonard Anthony, salah satu pembicara bercerita hobinya yang traveling. Dengan hobinya itu ia tidak hanya bisa jalan-jalan, kini dikenal sebagai travel influencer.
Seiring perkembangan Leo pun merambah ke social media, khususnya Instagram. Ia memposting gambar-gambar keren hasil perjalanannya. Follower-nya lumayan banyak. Tidak heran ia pun dipercaya menjadi salah seorang Duta Anugerah Pesona Indonesia 2021. Dengan berfokus pada pariwisata, ia mempromosikan kampung adat dan situs-situs sejarah di Indonesia.
Leo mengatakan bahwa memiliki hobi dan profesi di dalam satu bidang yang sangat menyenangkan. ”Lebih banyak sukanya daripada dukanya,” tukasnya. Ia memiliki kesempatan yang lebih banyak menelurusi berbagai daerah. Ia sangat terpukau dengan indahnya alam dan budaya Indonesia terutama IBT (Indonesia Bagian Timur) yang indah dan eksotik.
Menurutnya, “Ketika mendapat kesempatan untuk datang ke suatu daerah sering muncul rasa sayang kalau nggak disampaikan ke teman-teman dalam bentuk tulisan, dan foto tentu. Bahkan tidak jarang video.”
Dengan itulah ia terus termotivasi untuk membuat karya (teks, foto dan video) untuk pembacanya di blog dan follower-nya di media sosial.
Ears and Eyes
Tidak berbeda dengan Leo, Ita Sembiring, yang juga menjadi pembicara di webinar tersebut, lebih membuka mata dan telinga kalau sedang jalan-jalan.
Ia menyebut metodenya adalah ears and eyes. ”Kita dapat mendengar informasi dengan telinga, dan kita dapat melihat dengan kedua mata, yang akhirnya ia bisa mendeskripsikan dan menceritakan kembali dalam bentuk tulisan.”
Hasilnya adalah, tidak hanya laporan perjalanan – yang dulu kerap ia kirimkan ke berbagai media, sesuai dengan positioning media tersebut. Ia juga menghasilkan cerita-cerita fiksi yang terinspirasi dari hasil jalan-jalannya, yang dibukukan dalam sekian novel.
Ia tergolong produktif, termasuk menghasilkan film-film pendek – yang beberapa di antaranya meraih penghargaan, baik bertindak sebagai penulis skenario maupun produser. ”Saya mengerjakan apa saja yang saya bisa, tanpa harus membatasi diri,” ujar alumni FISIP UI, yang mempunyai passion berkerja di industri kreatif ini.
”Be a good observer and good listener,” Ita mengungkapkan rahasia produktifnya.
Lalu, bagaimana cara agar kita menghasilkan karya yang menarik, agar pembaca selalu stay di platform kita?
Leonard punya jawabannya. ”Kembali lagi, apa yang kita mau tulis, kadang saya bisa menentukan sendiri apa yang akan saya ditulis, angle-nya apa, dengan gaya apa. Itu yang harus dipikirkan secara kreatif.”
Leo pernah bereksperimen, kalau orang bercerita tentang komodo, misalnya, dari berbagai angle. ”Nah, saya memilih bercerita dari sudut pandang komodonya sendiri,” ungkapnya sambil tertawa.
Sementara Ita memberi tips. ”Tulislah berdasarkan proximity, atau kedekatan. Saya selalu berusaha dekat dengan pembaca, menulis dengan jujur yang ‘gue banget’. Ide ngga pernah dicari, jadi mengalir dengan sendirinya. Pakai bahasa sehari-hari saja.”
Lalu, sebagai ”orang Sumatra”, mana yang sudah dikunjungi Ita dan mempunyai kesan mendalam di pulau tersebut? ”Sumatera ngga cuma Medan lho ya, tapi ada Pakpak Barat, daerah terpencil tapi tidak terkucil, yang membuat saya jatuh cinta. Ada air terjun yang pelanginya sepanjang tahun, kaki gunung Sinabung yang indah, Bukit Gundaling dengan legendanya, Penetapan Danau Toba, Kampung Silalahi, dan lain-lain.”
Ita dan Leo pun sepakat, Indonesia mempunyai banyak sekali tempat-tempat wisata yang indah, yang sangat layak dikunjungi. ”Bahkan di sekitar Jakarta saja, masih banyak tempat-tempat indah yang tidak terpikirkan sebelumnya,” kata Leo.
Sebuah impian kalau bisa bekerja sesuai hobby kita ya