Oleh Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Bila kita membahas isu-isu dalam organisasi, sering kali kata “percaya” akan muncul ke permukaan. Trust atau rasa percaya memang dipandang sebagai hal esensial dalam suatu hubungan, mulai dari hubungan personal antar-individu, berkelompok, hingga hubungan individu dengan organisasi.
Umumnya orang akan melihat ketidakpercayaan itu timbul akibat ucapan yang berbeda dengan kenyataan. Hal ini ketika kita melihat sumber ketidakpercayaan adalah pihak yang menurut kita tidak bisa dipercaya.
Namun, ada pepatah “it takes two to Tango”, penyebab hubungan saling tidak percaya juga bisa saja datang dari pihak yang memang sulit memercayai orang lain. Bisa karena pengalaman buruk pada masa lampau yang membuatnya menjadi skeptis dengan pihak lain atau bisa jadi karena ia merasa dirinya lebih baik dari yang lain.
Banyak yang bilang ketidakpercayaan ini akibat kurangnya komunikasi, sementara kita melihat hubungan yang kuat rasa saling percayanya membutuhkan komunikasi yang sangat minim.
Cukup dengan sekali pandang ataupun sebuah gerakan kecil, pihak lain sudah dapat memahami dan berespons. Yang jelas, rasa saling tidak percaya satu sama lain akan menyebabkan rasa tidak nyaman.
Bagaimanakah kita mengembangkan rasa percaya ini dan memperkuat hubungan?
Rasa percaya dalam organisasi
Rasa percaya dalam organisasi lebih kompleks daripada rasa percaya antar-individu. Bila keterbukaan adalah dasar dari hubungan rasa saling percaya, sering kali kita merasa banyak hal yang tidak bisa terlalu dibuka dalam pekerjaan.
Setiap divisi memiliki agendanya masing-masing, targetnya sendiri-sendiri meskipun semua berada dalam satu organisasi. Namun, kecenderungan us vs them ini tidak mudah untuk dihilangkan.
Dengan pihak luar, kita bisa dengan mudah memutus hubungan bila merasa tidak lagi memiliki rasa percaya satu sama lain dan mengganggu kenyamanan. Sementara itu, ikatan hubungan dalam organisasi ibarat hubungan dalam keluarga, tidak mudah mendiskusikan masalah yang ada tanpa melibatkan emosi. Padahal, setiap hari kita harus berinteraksi dengan erat.
Ada tiga jenis rasa percaya dalam organisasi. Pertama, strategic trust, rasa percaya atau keyakinan karyawan terhadap cara pengelola perusahaan mengambil keputusan-keputusan strategis, visi, dan kekuatan kompetensi organisasi.