Seorang pemimpin perkebunan bercerita bagaimana ia belajar mengenai semangat pertumbuhan dari operasional kebunnya. Hasil perkebunannya baru dapat ia panen setelah masa penantian selama 25 tahun dengan kesabaran merawat kebun tersebut selama jangka waktu itu agar dapat menuai hasil sesuai harapan.
Membangun sumber daya manusia pun sebenarnya mengikuti irama pertumbuhan ini. Kita perlu mengasuh, memupuk para suksesor organisasi kita semenjak dini sehingga ketika tiba saatnya, kita pun dapat menuai hasil dengan pemimpin-pemimpin yang siap membawa organisasi menghadapi kompetisi.
Memimpin berdasar “growth mindset”
Banyak pimpinan organisasi juga menyadari bahwa tuntutan kinerja yang semakin hari semakin tinggi dapat menghadirkan ketegangan pada para karyawan.
Bisnis berjalan sangat cepat, disruptif, dan kompetitif. Karyawan pun dipaksa untuk berkompetisi satu sama lain, bahkan tidak jarang saling berebut lahan.
Tidak sedikit karyawan yang mengalami kelelahan mental sehingga performa pun semakin lama semakin menurun. Apa yang sebenarnya harus dilakukan karena target organisasi tentunya tetap harus dicapai demi keberlangsungan organisasi.
Untuk menghindari suasana kerja menjadi toksik, mau tidak mau perubahan harus dilakukan. Perubahan yang paling efektif tidak bisa tidak harus dimulai dari puncak organisasi.
Sebelum mengubah mindset para bawahan, pimpinan perlu terlebih dahulu meyakini bahwa hanya dengan semangat bertumbuhlah kinerja organisasi akan dapat tercapai sambil tetap menjaga kesehatan mental seluruh insan dalam organisasi.
Pemimpin perlu melakukan introspeksi, sudahkah ia menciptakan lingkungan kerja yang aman bagi semua pihak tanpa pandang bulu. Apakah ia dapat tetap bersikap positif tidak hanya kepada karyawan yang berprestasi, tetapi juga kepada mereka yang kurang menunjukkan hasil sebagaimana yang diharapkan.
Keberanian pemimpin untuk mengakui dan mengambil tanggung jawab atas kesalahan yang ia lakukan akan menumbuhkan perasaan aman bagi para karyawan bahwa siapa pun tidak lepas dari kemungkinan melakukan kesalahan.
Selanjutnya pemimpin juga perlu mengevaluasi sejauh mana target belajar sudah tercapai. Apakah program dan metode belajar terus berkembang seiring dengan tuntutan kompetisi bisnis? Sudahkah semangat untuk upskilling tumbuh menjadi sebuah tuntutan yang disadari oleh masing-masing individu.