Pelaksanaan fail fast environment ini sarat evaluasi dan membutuhkan kepemimpinan yang kuat. Selain itu, mentoring dan diskusi mengenai benar tidaknya tindakan perlu dilakukan sesering mungkin. Jadi, selain mengalami, calon pemimpin ini juga mendapat bimbingan rasional dari para atasan untuk memahami why dan why not-nya suatu tindakan.
Kedua, pengecekan kualitas pribadi dan etika kerja juga sangat penting untuk dilakukan. Melalui interaksi coaching dan mentoring, pimpinan dapat lebih memahami values dari seorang calon eksekutif, apa yang ia cari dalam hidupnya, apa idealismenya, apa mimpinya akan masa depan. Hal ini sangat penting karena idealisme dan nilai-nilai pribadinya pasti akan mewarnai gaya kepemimpinannya dan berdampak pada organisasi.
Seseorang yang sangat risk taking mungkin akan mendorong organisasi untuk mengambil tindakan-tindakan berisiko tinggi, sementara mereka yang sangat mengutamakan harmonisasi cenderung akan menghindari konflik di organisasi dan bisa jadi lamban dalam mengambil keputusan dilematis.
Gaya kepemimpinan dan pengambilan keputusan ini pun tentunya juga akan menjadi panutan bagi para bawahan tentang apa yang benar dan apa yang salah.
Dalam setiap proses promosi menuju C-level di GE, para calon akan melalui tes implementasi nilai dan moral perusahaan yang juga berisiko terhadap keberlangsungan posisi mereka juga di organisasi. Dengan demikian, GE memastikan bahwa perusahaan akan senantiasa dipimpin oleh mereka yang memiliki nilai sejalan dengan filosofi organisasi.
Ketiga, melihat kapasitas adaptasi individu. Gejala ketidakpastian di dunia sudah pasti akan berlangsung terus. Bisa kita bayangkan bila calon pemimpin kita masih memiliki fixed mindset. Ketidakpastian akan dianggap sebagai ancaman alih-alih sebuah kesempatan. Perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk berkembang.
Kita juga perlu memeriksa agility dari calon pemimpin yang kita miliki. Apakah mereka memiliki kelincahan berpikir untuk menyambut semua tantangan baik yang di depan mata maupun pada masa depan. Apakah mereka sanggup memimpin tim untuk menembus pasar yang selalu berubah dan menyukseskan implementasi teknologi baru dalam menjawab tantangan digitalisasi ini disertai dengan konflik-konflik yang mungkin menyertainya.
Keempat, kejelasan mengenai wewenang dan tanggung jawab calon pemimpin. Ia perlu memiliki akses ke budget, manusia, dan strategi organisasi secara keseluruhan agar dapat membuat keputusan-keputusan yang berdampak seperti layaknya seorang CEO.
Hal yang juga harus dipertimbangkan bagi seorang calon pemimpin adalah executive presence-nya. Ia harus terlihat cerdas baik secara kognitif maupun emosi, memancarkan kepercayaan diri, bertindak decisive, dan dapat menjaga reputasi sesuai visinya.
Ia pun harus lancar berkomunikasi dengan siapa pun di perusahaan mulai dari pimpinan puncak sampai pesuruh sekalipun secara optimistis dan positif. Ia juga mampu tampil menarik di depan publik, menguasai audience, membaca kebutuhan mereka dan menggerakkan mereka mencapai visi organisasi.