Media sosial diprediksi menjadi tempat kampanye politik pilihan di masa depan untuk menggaet pemilih muda. Pasalnya, media sosial sangat populer di kalangan muda. Selain Facebook dan Twitter, TikTok juga populer bagi kalangan muda.
Fenomena ini sudah lebih dulu terjadi di Amerika Serikat. Di negara Abang Sam, TikTok terbukti dapat menjangkau pemilih muda secara presisi. Wade Herring, seorang Demokrat yang mencalonkan diri pada kongres di Georgia, berkampanye dengan TikTok.
Padahal sebelumnya, platform itu hanya kesohor sebagai wadah para pegiat media sosial untuk berjoget. “Saat ini pemilih muda tidak menonton CNN, MSNBC, atau Fox. Mereka mendapatkan informasi di TikTok, dan baik atau buruknya, itulah cara menjangkau mereka,” ujar Herring seperti dikutip dari APNews.com.
Di Filipina, TikTok dan Facebook sendiri menjadi salah satu faktor penentu kemenangan Ferdinand Marcos Jr. alias Bongbong. Marcos Jr. menjadi presiden terpilih Filipina dengan kampanye di media sosialnya yang kuat. Dengan memilih sosial media, Bongbong memang menargetkan kaum muda.
Sementara di Indonesia, sejumlah politisi sesungguhnya sudah mulai memanfaatkan media sosial untuk menggaet perhatian publik. Emil Dardak misalnya, sejak beberapa tahun lalu aktif mengunggah kegiatan atau program pemerintah yang sedang berjalan melalui akun media sosialnya.
Selain itu, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, juga sering mengangkat topik-topik yang menjadi perbincangan kalangan muda seperti jomlo, malam minggu, rindu, dan sebagainya. Pembahasan semacam itu diramu dan divisualisasikan menjadi konten-konten di sosial medianya.
Sejak beberapa tahun lalu, Partai Golongan Karya (Golkar) juga sudah melancarkan strategi dan pendekatan terhadap anak muda. Partai pohon beringin itu kini menduduki posisi pertama untuk tingkat popularitas di kalangan generasi muda berdasarkan hasil survei yang dirilis Centre for Strategic and International Studies (CSIS) pada September 2022. Survei tersebut menyebutkan dari 94 persen responden kalangan milenial, sebanyak 75,9 persen menyatakan kesukaannya terhadap Golkar.
Membendung Hoaks pada Pemilu 2024
Menjelang pemilu, sosial media sarat dengan hoaks. Ketua Bawaslu, Rahmat Bagja pun mengkhawatirkan sisi negatif media sosial sebagai sarana menyebarkan berita bohong. Menurutnya, kabar bohong jika terus diulang bisa membuat orang lain menjadi percaya.
Untuk mengantisipasinya, Bawaslu mengaku akan memperbarui perjanjian dengan sembilan platform media sosial seperti Twitter, Instagram, dan Facebook. TikTok juga merupakan salah satu penyedia layanan media sosial yang diajak bekerja sama. Pasalnya TikTok kini menjadi salah satu platform yang banyak digunakan masyarakat dari berbagai usia.