Oleh Eileen Rachman & Emilia Jakob
Saat menjalankan transformasi, ketika menginginkan beragam bentuk automasi, robotisasi, digitalisasi, kita merasakan bahwa tantangan sebenarnya terletak pada manusianya. Akibatnya, banyak organisasi saat ini beramai-ramai menggerakkan budayanya menjadi people centric (berpusat pada manusia).
Namun, berapa banyak organisasi yang benar-benar meletakkan manusia sebagai fokus utamanya? Contohnya, Boeing yang sudah ternama dalam industri pesawat terbang. Kecelakaan pesawat B737 MAX 8 dua kali berturut-turut adalah bukti fokus perusahaan yang terpusat pada inovasi dan laba perusahaan saja.
Kata-kata “greed is good” pernah disampaikan oleh pimpinan perusahaan dalam salah satu pidatonya dan dijalankan dalam bisnis perusahaan sehari-hari. Perusahaan yang tadinya mengunggulkan keamanan berubah menjadi perusahaan yang mengutamakan keuntungan. Semua karyawan harus mengetahui nilai saham perusahaan di pasar modal. Pada tahun-tahun terakhir, kontrol kualitas bahkan hanya dipasrahkan kepada satu orang.
Itulah sebabnya terjadi kelalaian perusahaan dalam persyaratan simulasi dan pelatihan pilot yang akan menerbangkan pesawat tipe terbaru itu. Bukankah ini jauh dari sikap mendahulukan manusia?
Dalam dunia perhotelan, JW Marriott terkenal sebagai perusahaan yang mengutamakan manusia. Ketika dunia mengalami depresi, sang pemilik malah mempekerjakan dokter perusahaan untuk lebih menjaga kesehatan para karyawan. Mereka percaya bahwa karyawan yang merasa sehat akan melakukan pelayanan yang optimal sehingga meningkatkan kepuasan para tamunya.
Dengan adanya tren pengurangan manusia dalam dunia bisnis hospitality, Marriott bertahan terus dengan prinsip menjaga wellbeing karyawannya. Hal ini tidak sia-sia. Terbukti saat ini, mereka memiliki hotel di lebih dari 6.000 lokasi dan mencetak penjualan sebanyak 23 miliar dollar AS. Sampai sekarang, mereka hanya merekrut pemimpin-pemimpin yang juga menganut paham people centric.
Herb Kelleher yang berhasil membuat perusahaannya menjadi perusahaan nasional terbesar di Amerika dan menjadi legenda dalam keyakinannya terhadap manusia yang sekarang sering disebut sebagai the Southwest effect.
Konsep Kelleher sebagai founder dari perusahaan ini adalah kombinasi antara harga murah dan standar layanan tertinggi. Perusahaan ini tentunya pernah mengalami masa-masa sulit, tetapi mereka tidak pernah melakukan pemutusan hubungan kerja dengan karyawannya.